Laci buku

Pinterest Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Tentang
  • Novel Barat
  • Novel Jepang
  • Pengarang
    • Wanita
    • Pria
    • Keroyokan
  • Tahunan


Partikel
Dee
Bentang Pustaka, 493 hal
Gramedia, Plaza Semanggi



Jalan Cerita:


Seorang gadis muda dengan berbekal pengetahuan yang diajarkan hanya dari sang Ayah, mencoba mencari jati dirinya. Zarah Amala, demikian nama gadis ini selama hidupnya berperang batin dengan Ibu, Abah, dan Umi.  Berawal dari sebuah kampung di pinggiran kota Bogor tersebutlah nama Batu Luhur yakni sebuah kawasan yang sangat keramat bagi masa kecil Zarah dan Hara. 

Sejak kecil Zarah Amala -yang artinya Partikel Cinta, tak mengenal bangku sekolah karena sang Ayah bersikeras mendidiknya sendiri melalui lingkungan sekitar. Meski mendapat tentangan dari berbagai pihak, Firas, ayah mereka yang dosen dan ahli mikologi ini bergeming dan tetap mengajarkan pendidikan ala Firas. Selain itu ia juga memiliki misteri yang kadang menimbulkan rasa ingin tahu dan mengusik ketenteraman keluarganya. 

Dalam keadaaan tertentu Firas selalu mendatangi sebuah hutan yang dipandang angker oleh penduduk sekitar. Tragedi  demi tragedi menimpa keluarga kecil ini. Kematian adik bungsu mereka menimbulkan gejolak dan memuncak dengan menghilangnya ayah di suatu pagi.

Zarah akhirnya terpaksa disekolahkan meskipun selalu menemui kesulitan yang parah akibat adaptasi yang terlalu dini. Di sinilah pertama kalinya ia memiliki teman dari Nigeria, Koso. 

Situasi yang selalu memanas, ibu yang tak mendukung dan memahami jalan pikirannya serta lenyapnya sang ayah makin membuat Zarah terpuruk.  Namun cahaya wajahnya bersinar ketika suatu hari ia menerima kiriman kamera Nikon Titanium dari seseorang yang misterius. Hadiah ulang tahunnya yang ke-17. 

Diawali dengan menang lomba foto di majalah Zarah memulai hidup baru di sebuah tempat konservasi orang utan di Tanjung Puting, Kalimantan. Di sana Zarah menemukan keluarga baru dan kedekatannya kembali dengan alam. Namun, bakat fotografinya membawa Zarah lebih jauh dari yang ia duga. Perkenalan dengan  Paul Daly dan kemampuannya berbahasa Inggris menggiringnya untuk bekerja di Inggris. 

Di London, tempat Zarah akhirnya bermarkas, ia menemukan segalanya. Cinta pertamanya dengan Storm Bradley seorang fotografer iklan, persahabatannya dengan Paul dan Zack, serta pengkhianatan yang dilakukan Koso. Termasuk petunjuk penting yang membawa titik terang bagi pencariannya. Pencarian yang menuntunnya berkenalan dengan sosok pria Indonesia namun kaya raya  pemilik puri Weston Palace, Simon Hardiman. Dan di situlah langkah Zarah terhenti.

Sementara itu, di Kota Bandung, Elektra dan Bodhi akhirnya bertemu. Secara bersamaan, keduanya mulai mengingat siapa diri mereka sesungguhnya.



Ulasan Cerita:


Membaca novel Dee tak bisa dilepaskan dengan berbagai pengetahuan yang diselipkan di sana-sini. Entah pengetahuan yang mendukung cerita, entah hanya berupa torehan istilah yang bisa jadi baru pertama kalinya kita ketahui atau wawasan yang benar-benar baru dan 'sulit ' dijangkau oleh alam pikir kita. 

Namun kesemuanya bagi saya novel adalah novel. Unsur yang harus menonjol adalah fiksinya serta ceritanya. Dan bila terus dijejali pengetahuan berarti itu bukan novel kan? Untunglah Dee telah mengantispasinya dengan mengawalinya murni dengan cerita pada umumnya lalu di hampir mendekati akhir barulah Dee memberikan teori-teori atau kupasan ilmiah akan sebuah peristiwa yang melatari pencarian Zarah. 

Menurut saya sampai di sini penceritaan tentang hal yang berkaitan dengan dunia alien terkesan lebay. Terus terang tanpa ada penonjolan dari simposium yang berlangsung di Glastonbury, menurut saya kisahnya tetap menarik koq. Kadar pengetahuannya menurut saya harus sesuai takaran dan jangan seakan-akan kita diceramahi terlalu lama yang mungkin bagi sebagian pembaca merasa sulit untuk mencernanya.

Kesukaan Dee akan kisah kehidupan alien dan alam gaib juga masih menghiasi novel ini. Awalnya saya anggap ini kontroversial namun sebagai sebuah kisah yang masih berhubungan dengan Supernova, barangkali Dee ingin selalu mengingatkan pembaca bahwa seperti di seri-seri sebelumnya ia akan selalu konsisten untuk  menampilkan hal yang berbeda, bahkan aneh. Yang patut dihargai adalah bahwa  kisah ini pasti berangkat dari sebuah riset ilmiah terlebih dahulu dan itu tak memerlukan waktu yang sebentar. 

Barangkali yang membuat saya tertarik bukan pada kisah Partikelnya tapi apa yang ada di novel Supernova selanjutnya dalam episode Gelombang dan Inteligensi Embun Pagi. Apakah masih mengusung kisah tentang yang sama atau berbeda? Wait and see.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Normally I always read my books at night, 
but sometimes I need an ambiance which is driven by special atmosphere or mood.







During holiday, probably I may not touch these paper for a long time, probably I should give my soul-read to another chance.

Nonetheless, I still miss my book, I need to know what story goes next,

So here I am, lying in bed just reading...





Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Mantra Dies Irae
Clara Ng
Gramedia Pustaka Utama, 348 hal
Gramedia, Gandaria City


Jalan Cerita:


Ini tentang kisah khusus antara Paxilian Tanjung dan Beatrice Nuna. Tidak lagi tentang Xander dengan Oryza. 

Setelah mengetahui bahwa Oryza akan menikah dengan Xander, dunia seakan runtuh dihadapan Pax. Ia mengalami patah hati yang teramat dalam sehingga mengabaikan perempuan yang selalu menyambutnya saat tiba di warung. Ya, Nuna adalah pemilik warung itu dan tempatnya selalu menjadi pelabuhan terakhir kekesalan yang dialami Pax karena Oryza lebih memilih Xander sebagai calon suaminya. Mengapa Pax sebegitu dalam mencintai Oryza, tentu saja ini masalah hati. Sebagaimana juga dengan Nuna yang sangat mencintai Xander namun juga bertepuk sebelah tangan. Lalu bertemulah kedua manusia yang patah hati ini Pax dan Nuna dalam satu atap bernama warung makan. 

Setiap hari mereka bertengkar, bercanda, saling membantu namun juga saling adu sihir. Lengkap. Sampai suatu ketika ketenangan mereka terusik oleh kedatangan si pengacau bernama Chao. Ia adalah teman sekolah Pax yang masih penasaran dengan kemampuan sihir Pax. Diawali dengan tantangang sihir  di  sebuah lapangan belakang warung makan Nuna, Pax dan Chao saling adu mantra sihir. Dalam pertarungan itu Pax melancarkan mantra hujan petir yang dahsyat hingga membuat semua penonton tak mampu menyaksikan dengan jelas karena derasnya air hujan. Yang Nuna tahu Pax hilang, lenyap. Berhari-hari Nuna mengharapkan Pax kembali karena ia yakin sebenarnya lelaki itu masih hidup. Sementara itu Pax yang tersasar di hutan dan dalam keadaaan terlunta-lunta bertemu dengan berbagai tokoh sihir dan memperoleh mantra baru yakni Mantra Dies Irae, kemampuan untuk membalikkan sosok manusia dari seekor singa jantan yang misterius. Setelah cukup berguru, Pax pun pulang kembali ke warung makan Nuna dan kisah berakhir bahagia.




Ulasan Cerita :


Kali ini Clara Ng berhasil memikat saya dengan kejadian lucu yang diselipkan diantara cerita. Permasalahan anak muda baik yang pria maupun wanita sengaja dibuat tak terlalu berat meskipun tema yang dibawa adalah soal sihir. Saya bisa membayangkan seandainya ada keluarga penyihir yang hidup di Indonesia apa jadinya bila sudah melancarkan tongkat sihir dan merapal mantranya, yang keluar justru sihir rasa Indonesia dan tidak menakutkan namun malah mengundang kelucuan di sana-sini. Dalam situasi sulit pun Clara Ng tahu bagaimana menyelamatkan plot agar pesona sihir itu tetap menjadi sebuah hal yang tak menyeramkan. Didukung oleh pemilihan tokoh yang nyentrik seperti Chao atau Tsungta, cerita ini jadi malah terasa segar karena tak hanya dialognya saja yang kadang menggelikan namun gambaran penampilan dari kedua tokoh ini sukses bagi saya dalam membayangkan tokoh komedi yang sangat lucu.

Kisah yang ringan saja diantara dua pasang anak muda yang saling mencintai namun terasa istimewa karena tema yang diusung tidak lazim bagi kebanyakan pengarang Indonesia. Soal sihir. Mungkin Clara Ng terinspirasi oleh kisah  Harry Potter sehingga menuangkannya dalam sebuah keluarga keturunan penyihir Indonesia. Jalannya plot juga tidak membosankan karena pengarang mampu mengolahnya dengan baik agar tetap di jalur benang merahnya yakni dua insan Pax dan Nuna yang selalu mempertanyakan cinta diantara keduanya. Tokoh-tokoh yang mendukung maupun yang menggagalkan kisah cinta ini masih tetap sama, ada Xander, Oryza, Strawberry, Tsungta bahkan tokoh baru di buku ketiga ini; Chao, menurut saya ia sekadar bumbu saja tak ada relevansinya dengan inti cerita.

Singkatnya, novel ini sangat ringan, tak bertele-tele, ada kelucuan yang segar dan tidak membosankan. Yang diacungi jempol adalah kemampuan pengarang meliuk-liukkan emosi, plot dan dialog yang tepat sekaligus mengundang tawa terutama saat Pax disihir menjadi orangutan oleh singa jantan, menurut saya ini benar-benar lucu karena pengarang sukses mengkondisikan sosok orangutan yang harus menulis. Sesaat membicarakan tentang bebek yang meronta-ronta namun di saat yang lain ternyata itu sihir tingkat tinggi. Bagi saya ini kelebihan dari sebuah novel.



Pin It!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me



Halo, saya suka baca buku terutama fiksi dan blog ini merupakan wadah bagi saya untuk menuangkan impresi, persepsi, opini yang kadang mungkin saja subjektif
usai 'menelan' buku yang dibaca.

Follow Me

  • Twitter
  • Pinterest
  • Goodreads

Labels

  • antre buku
  • bookfair
  • detektif
  • kiriman buku
  • kutipan
  • mypicture
  • perjalanan
  • quote

Recent posts

Read the Printed Word!

Yang Selesai Dibaca

Read

Sepercik Noda, Seribu Langkah Terbawa
it was ok
Sepercik Noda, Seribu Langkah Terbawa
by Maria A. Sardjono
Paris Letters - Surat Dari Paris
really liked it
Paris Letters - Surat Dari Paris
by Janice Macleod
China Rich Girlfriend - Kekasih Kaya Raya
really liked it
China Rich Girlfriend - Kekasih Kaya Raya
by Kevin Kwan
The Color of Heaven
really liked it
The Color of Heaven
by Julianne MacLean
Sidney Sheldon's Reckless
liked it
Sidney Sheldon's Reckless
by Tilly Bagshawe

goodreads.com

Tantangan

2019 Reading Challenge

2019 Reading Challenge
Ernawati has read 0 books toward her goal of 20 books.
hide
0 of 20 (0%)
view books

Blog Archive

  • ►  2019 (18)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (27)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (18)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (25)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (34)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2013 (43)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ▼  August (3)
      • Partikel
      • I am reading...
      • Mantra Dies Irae
    • ►  July (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (3)
    • ►  March (3)
    • ►  February (9)
    • ►  January (3)
  • ►  2012 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  June (2)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by BeautyTemplates