Laci buku

Google Plus Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Tentang
  • Novel Barat
  • Novel Jepang
  • Pengarang
    • Wanita
    • Pria
    • Keroyokan
  • Tahunan



Seribu Kunang-Kunang di Manhattan
Umar Kayam
Pustaka Utama Grafiti, 260 hal
inibuku.com

Jalan cerita :


Buku ini berisi kumpulan cerpen terbaik dari pengarangnya. Ada sepuluh  cerita yang beraneka tema dan sangat menarik yaitu :


  • Seribu Kunang-Kunang di Manhattan
  • Istriku, Madame Schlitz dan sang Raksasa
  • Sybil
  • Secangkir Kopi dan Sepotong Donat
  • Chief Sitting Bull
  • There Goes Tatum
  • Musim Gugur Kembali di Connecticut
  • Bawuk
  • Kimono Biru buat Istri
  • Sri Sumarah

Kisah pertama hingga ketujuh berlatar belakang di Amerika dan penokohannya pun juga bermacam-macam. Ada tokoh Marno dengan Jean yang hanya bercakap-cakap tak berujung pangkal dalam Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, tokoh Madame Schlitz yang tinggal di apartemen sebelah dengan aksen Austria dan sempat berkenalan dengan tokoh .'Istriku' dalam Istriku, Madame Schlitz dan sang Raksasa. Sosok Madame ini sangat akrab sekaligus misterius sehingga di saat ia menghilang, tokoh 'istriku' ini benar-benar  kehilangan dan berkesimpulan bahwa sang Madame telan tertelan Raksasa. Dalam Sybil, diceritakan petualangan seorang anak bernama Sybil yang hidup dengan orang tua tunggal sekaligus ibu yang bekerja sebagai pelayan restoran.

Dari kesepuluh kisah,  Sri Sumarah adalah kisah yang sangat menantang. Seorang wanita yang terlahir sebagai Sri Sumarah yang harus pasrah pada nasib. Dengan berlatar pada zaman peralihan antara merebaknya  BTI dan Gerwani serta PKI dengan kemunculan Orba, ia pasrah menjalani hidup. Meski tamat Sekolah Kepandaian Putri, ia nrimo saja untuk dinikahkan dengan pemuda bernama Martokusumo. Pernikahan inilah yang menjadi pintu kehidupannya kelak. Pernikahannya harmonis karena Sri Sumarah selalu menuruti nasehat neneknya untuk selalu menyenangkan suami termasuk bila suami kelelahan, istri harus sigap untuk memijit tubuhnya. Ya, hanya dengan ketrampilan memijit selama bertahun-tahun, kelak ia akhirnya tersohor sebagai pemijat yang dicari-cari mulai dari kalangan biasa hingga orang-orang berduit.

Dalam menjalani hidupnya Sri Sumarah selalu mengikuti air mengalir. Di masa merebaknya BTI dan Gerwani ia dengan naifnya menggadaikan sawah satu-satunya agar dapat menggelar pesta pernikahan termegah putri tunggal di desanya. Yang ia tahu, sebagai seorang ibu,  ia harus menyelenggarakan pesta agar si anak nantinya hanya tahu kemanisan hidup saja meski ia tahu Tun, putrinya sudah takperawan lagi dan tengah mengandung cucunya.

Ketenangan hidup Sri Sumarah kembali diuji dengan tertangkapnya sang menantu yang ternyata seorang aktivis PKI dan Tun sang istri harus rela menjalani hidup di balik jeruji agar tidak ditembak. Hidup bersama cucu mendorongnya untk menerima panggilan untuk memijat hingga di hari tuanya.

Ulasan cerita:

Menarik sekali membaca karya-karya Umar Kayam yang tertuang dalam kumpulan cerpen ini. Menelaah kesepuluhnya seakan kita dibawa ke dalam suasana latar dan kondisi pada saat pengarang itu mendapat idenya. Hal yang jadi pertanyaan mengapa latar sejarah dan nuansa luar negeri sangat kuat dikedepankan dalam cerpen ini? Apakah saat menulis itu pengarang sedang mendapat ide atau memang kondisi penulisan memang dalam posisi berada di sana? Entah, yang jelas membaca tiga judul ; Bawuk , Kimono buat istri, dan Sri Sumarah menjelaskan pada kita bahwa kondisi yang melatari berupa sejarah kelam di republik ini telah menggoyang sendi-sendi kehidupan seorang pribadi, keluarga dan juga pikiran seseorang. Dalam Bawuk, tak terelakkan lagi bayangan tentang PKI dan Gerwani begitu kuat dan membuat seorang istri bernama Bawuk memilih jalan untuk kembali ke kegelapan daripada harus bersama dengan keluarga yang mengasihinya. Pada Kimono buat istri ada rasa seakan kenangan bergaul semasa masih menjadi pemuda dan hidup dalam suasana mencari makan yang sangat susah telah membuat persahabatan Wandi dan Mus tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan meski telah sama-sama menjadi orang yang berhasil dan bertemu kembali di Jepang dalam suasana yang berbeda. Kimono buat istri pada akhirnya hanya menjadi oleh-oleh untuk menutupi kenakalan Mus yang telah bermain-main dengan geisha Jepang.

Dibandingkan dengan cerpen yang lain, dalam Sri Sumarah, serasa ada kedalaman emosi yang melatari kisah selain juga kematangan ide untuk dicurahkan. Alur cerita yang linier dengan sedikit kilas balik seakan memperkuat posisi tokoh Sri Sumarah yang harus sumarah, pasrah, hingga di masa tuanya. Dalam kehidupan nyata, masih banyak sosok-sosok perempuan seperti ini yang pasrah pada nasib dan menjalani hidup hingga di akhir masanya. Saya melihat seakan Umar Khayam mampu membaca situasi dan kondisi perempuan pada umumnya di masa dahulu yang masih tercermin hingga masa kini. Bahwa karakter perempuan yang ditonjolkan seperti demikian adanya, pastilah pengarang telah membaca situasi ini dengan cermat ditunjang oleh sejarah yang hitam akibat sepak terjang PKI. Jarang ada pengarang cerita yang mengangkat tema kegetiran akibat PKI.

Pertanyaannya mengapa pengarang banyak mengaitkan tentang PKI pada ketiga cerpen terakhirnya? Mungkin untuk lebih menegaskan lagi bahwa cerita yang terkait dengan sejarah tetap akan menarik bila diramu dengan tepat terlebih dengan tokoh marjinal yang tersingkirkan.





Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Grand Central Publishing, 340 pages




 Sinopsis:


 When a mysterious young woman named Katie appears in the small North Carolina town of Southport, her sudden arrival raises questions about her past. Beautiful yet self-effacing, Katie seems determined to avoid forming personal ties until a series of events draws her into two reluctant relationships: one with Alex, a widowed store owner with a kind heart and two young children; and another with her plainspoken single neighbor, Jo. Despite her reservations, Katie slowly begins to let down her guard, putting down roots in the close-knit community and becoming increasingly attached to Alex and his family.

But even as Katie begins to fall in love, she struggles with the dark secret that still haunts and terrifies her, a past that set her on a fearful, shattering journey across the country, to the sheltered oasis of Southport. With Jo’s empathic and stubborn support, Katie eventually realizes that she must choose between a life of transient safety and one of riskier rewards and that in the darkest hour, love is the only true safe haven. (Goodreads)


Ulasan:

Agak menyimpang sedikit dari biasanya, khusus postingan ini saya hanya ingin mengomentari filmnya yang baru saja saya tonton semalam. Jujur, saya baru tahu kalau film ini diangkat dari novel Nicholas Sparks pengarang yang sebagian besar novel romantisnya diangkat ke layar lebar. Saya penikmat karya film yang diangkat dari pengarang ini mulai dari A Walk to Remember, Message in a Bottle, Nights in Rodanthe, The Last Song, The Lucky One, dan yang terakhir, Safe Haven. Beberapa kali saya membaca novelnya seperti Dear John, atau A Walk to Remember namun karena telanjur menonton filmnya dahulu, maka apa yang tertinggal di pikiran usai menonton dan apabila dibandingkan dengan membaca novelnya, maka akan terlihat perbedaan sudut pandangnya. Yang jelas, saya suka jalan cerita, tema, benang merah, ide yang dituangkan  oleh pengarang ke dalam film. Ada keberpihakan pada wanita dan upaya bangkit dari kegagalan. 

Setelah menonton, saya malah ingin membaca bukunya tapi setahu saya belum ada penerbit yang merilis novel ini. Well, never mind, mungkin kurang bernilai jual barangkali. Menurut saya justru hal yang menarik adalah filmnya, karena ada Josh Duhamel-nya (what correlation?) Dan pemeran wanitanya yang lumayan wajahnya (Julianne Hough).


Keduanya seperti benar-benar memiliki chemistry pada pandangan pertama  dan saling melengkapi.

Pertanyaannya, adakah penerbit yang menjual buku ini khusus di Jakarta?


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Lalita
Ayu Utami
KPG, 256 hal
Gramedia, Plaza Semanggi

Jalan cerita:


Sandi Yuda bertemu dengan sesosok wanita yang sangat misterius, Lalita, seorang kurator lukisan yang kaya raya dan hidup sendirian dalam rumah besar yang juga berisi  perlengkapan cuci foto. Yuda terpikat dan semakin tak bisa menghindar dari pesona wanita yang bisa dikatakan sudah paruh baya itu.  Bersama Parang Jati dan Marja kekasihnya  ia terseret semakin jauh ke dalam permainan yang diciptakan oleh sosok-sosok lain di luar  mereka. Jataka, pria yang mengaku sebagai kakak Lalita juga sama misteriusnya dan secara tak sadar mereka terlibat dan bertualang menyusuri jejak masa lalu Lalita melalui buku Indigo yang memuat berbagai rahasia tentang sepak terjang kakek Lalita. 

Dan saat hubungan Yuda dan Lalita sudah terlalu jauh dan terungkap, Marja tak bisa tidak  untuk memaafkan keduanya karena kaitannya sangat erat bagai saling jalin menjalin dan seakan tak bisa tuntas. Yuda diculik oleh Jataka yang menginginkan buku Indigo sementara Parang Jati berjuang untuk menngenyahkan rasa sukanya pada kekasih sahabatnya. Hati Jati berperang antara membantu sahabatnya atau membiarkan saja Yuda di tangan penculik sebagai hukuman akibat berkhianat dari Marja.

Buku Indigo lah biang  keladinya, ternyata yang mencuri adalah  seorang mata-mata bernama Jisheng yang pandai bersandiwara.


Ulasan cerita:

Ini merupakan serial buku Bilangan Fu yang mengusung tiga tokoh utamanya, Sandi Yuda, Parang Jati dan Marja. Ketiganya dihadirkan untuk menguak tabir sebuah candi Borobudur melalui kisah bejudul Lalita. Menurut saya ini bukanlah novel, karena muatan sejarahnya sangat melimpah ruah. Di bagian bab tersendiri pengarang khusus mengupas tentang sejarah yang sangat panjang dari mulai Lalita yang masih keturunan klan drakula hingga petualangan kakeknya menginjakkan kakinya di candi Borobudur.

Saya sendiri sebenarnya mengharapkan klimaks dan akhir cerita yang mengejutkan dan bukannya pidato yang panjang-panjang dari Marja yang ingin menghukum kekasih dan sahabatnya karena telah merahasiakan sesuatu. Namun mungkin ini subyektif karena saya juga menyukai sejarah tapi bila dijejalkan terlalu panjang seakan ini seperti buku penuntun sejarah saja jadinya dan tak berkesudahan. Saya lebih mengagumi penulisnya yang mengangkat ide tentang vampir, psikoanalisa dengan 'kehadiran' Sigmun Freud nya serta candi. Jarang ada penulis yang mampu bersama-sama menelaah satu bagian tentang tema yang ini lalu masih berkorelasi dengan tema yang lain lagi. Seperti yang diakui oleh penulisnya, ia telah melakukan riset tentang kesemua ide itu dan tertuang dalam sosok Lalita Vistara. 

Isinya berbobot, bisa dikatakan ini bukan buku yang terbilang ringan untuk dipahami dengan segera karena terkait dengan pola pikir dan juga pemahaman dalam membaca karena di buku ini bertaburan istilah yang asing seperti axis mundi-sensasi tutup sampanye atau pusat jagad, diagram konsentris, citra dalam, pelat Chladni, dll. kesemuanya sudah pasti akan menambah pusing pembaca yang tak terbiasa membaca sejarah.






Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me



Halo, saya suka baca buku terutama fiksi. Dan blog ini merupakan wadah bagi saya untuk menuangkan impresi, persepsi, opini yang kadang subjektif (mungkin)
usai 'menelan' buku yang dibaca.

Follow Me

  • Pinterest
  • Google Plus
  • Goodreads

Labels

  • antre buku
  • bookfair
  • detektif
  • kiriman buku
  • kutipan
  • mypicture
  • perjalanan
  • quote

recent posts

Read the Printed Word!

Yang Selesai Dibaca

Read

Sepercik Noda, Seribu Langkah Terbawa
it was ok
Sepercik Noda, Seribu Langkah Terbawa
by Maria A. Sardjono
Paris Letters - Surat Dari Paris
really liked it
Paris Letters - Surat Dari Paris
by Janice Macleod
China Rich Girlfriend - Kekasih Kaya Raya
really liked it
China Rich Girlfriend - Kekasih Kaya Raya
by Kevin Kwan
The Color of Heaven
really liked it
The Color of Heaven
by Julianne MacLean
Sidney Sheldon's Reckless
liked it
Sidney Sheldon's Reckless
by Tilly Bagshawe

goodreads.com

Tantangan

2019 Reading Challenge

2019 Reading Challenge
Ernawati has read 0 books toward her goal of 20 books.
hide
0 of 20 (0%)
view books

Blog Archive

  • ►  2019 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (27)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (18)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (25)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (34)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ▼  2013 (43)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (2)
    • ▼  September (3)
      • Seribu Kunang-Kunang di Manhattan
      • Safe Haven
      • Lalita
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (3)
    • ►  March (3)
    • ►  February (9)
    • ►  January (3)
  • ►  2012 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  June (2)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by BeautyTemplates