Laci buku

Pinterest Instagram Twitter Facebook
  • Home
  • Tentang
  • Novel Barat
  • Novel Jepang
  • Pengarang
    • Wanita
    • Pria
    • Keroyokan
  • Tahunan



Halo jumpa lagi dengan pilihan buku terbaik menurut versi saya. Selama tahun 2018 buku-buku yang telah saya lahap merupakan novel fiksi yang memang saya sukai dan dengan senang hati akan saya rekomendasikan bagi siapa pun yang senang membaca buku terutama fiksi.

Kalau dilihat dari kuantitas memang kalah jauh dibandingkan dengan tahun 2017, namun soal kualitas pastilah tetap dikedepankan.

Baca: Lima Buku Terbaik 2017

Soal tema, beberapa bulan belakangan ini saya cenderung lebih menyukai fiksi thriller dibandingkan drama. Bila drama telah terasa menjadi sesuatu yang monoton dan ajeg, maka tema lainnya bisa menjadi selingan. Meskipun setelahnya saya tetap akan kembali ke fiksi drama.

Sepanjang tahun saya hanya sempat membaca buku sebanyak 13 buah saja. Benar, satu bulan untuk satu buku dan buku yang ke-13 terbaca karena isinya menarik dan tak terlalu tebal. Atas nama kesibukan dan jiwa yang sering merasa lelah akibat tugas-tugas di kantor, saya hanya mampu membaca sebanyak itu.

Namun jangan salah, dari ke-13 buku atau novel ini, saya telah menentukan 5 pilihan buku yang menurut saya sangat oke untuk menjadi yang terbaik diantara 8 buku lainnya.

Ini pilihan saya.

37830526

1.Aroma Karsa, karya Dee Lestari

Sebelum novelnya diluncurkan saja sudah membuat heboh apalagi setelah membacanya. Kesan yang tampil adalah betapa pengarang sangat serius menggarap novel ini. Tema yang diangkat sungguh mampu membuat kita sebagian besar pembacanya merasa bahwa hanya dari gundukan sampah saja, sebuah ide yang sangat dahsyat keluar dan menjadi kisah yang spektakuler!

Kombinasi antara dunia nyata dengan dunia supranatural telah memaksa kita yang sangat awam dan setia di jalur linier ini, memahami secara intens dan lekat untuk terus menelusuri kisahnya sampai habis. Sangat mencengangkan dan sungguh memperkaya pengetahuan. Fiksi ternyata mampu diolah dalam dimensi yang lebih luas dan di luar batas pemikiran awam pada umumnya.

36393774

2.Laut Bercerita, karya Lelia S Chudori

Satu lagi novel yang sangat serius diperbincangkan sepanjang tahun 2018. Meskipun tokoh-tokohnya fiksi namun tak bisa dipungkiri ini merupakan representasi dari tokoh dan kejadian sebenarnya. Sejarah yang ditoreh takkan mampu terhapus begitu saja dalam benak.

Membaca novel ini kita menjadi paham bahwa sebuah peristiwa yang besar dan bakal menjadi sejarah lalu dituang kembali ke dalam sebuah cerita -meskipun setengah fiksi setengah fakta- akan memberikan efek yang sangat luar biasa bagi pembacanya. Saya pun ikut mencari catatan pengakuan dan membaca peristiwa penangkapan para mahasiswa usai tuntas membacanya. Itulah efeknya.

Hal yang paling penting dari novel ini adalah keberhasilan penulis dalam melukiskan sebungkah perasaan yang dimiliki para tokoh-tokohnya. Rasa sedih, marah, kecewa, dan hampa menjadi begitu dominan dalam novel ini sehingga untuk mengutuk perbuatan para tokoh antagonis pun rasanya sudah tak mampu lagi akibat tertutup oleh kepedihan.

36013261

3. Sirkus Pohon , karya Andrea Hirata

Inilah satu-satunya novel yang mampu membuat saya terbahak-bahak tanpa henti saat membacanya. Entah formula apa yang dipakai; isi ceritanya telah menyemarakkan dunia membaca saya yang hanya terfokus pada fiksi yang serius. Tokoh-tokoh yang lebay, alur cerita yang tak mudah ditebak, suasana yang dibangun seolah dekat dengan kehidupan sehari-hari kita dalam hidup bermasyarakat dan bertetangga.

38979731

4. Rainbirds , karya Clarissa Gunawan

Hal yang terbaik dalam novel ini menurut saya adalah gaya penceritaannya. Pengarang mampu mengantarkan ide tentang kehilangan seorang kakak dengan sangat sendu dan muram. Terlepas dari langgam kisahnya yang sedih, justru di balik itu tersimpan rasa optimis yang kuat. Pengarang juga berhasil memberikan suasana Jepang yang sangat fasih beserta seluk beluk budayanya.

30741869

5. Megamendung Kembar , karya Retni SB

Bila ingin mengetahui lebih dekat tentang seluk beluk batik tanpa merasa digurui, bacalah novel ini karena isinya sangat kaya tentang dunia perbatikan dan dikemas dalam kisah fiksi yang sangat indah. Alurnya yang kilas balik, maju mundur takkan membuat bingung. Sebaliknya justru menambah rasa penasaran atas tokoh-tokoh yang terkait di dalamnya.


Demikianlah lima buku terbaik versi saya sendiri. Memang awalnya saya ingin mengganti salah satu judul dengan judul lain namun ternyata judul pertama lebih kuat dirasakan efeknya ketimbang yang lainnya. Terbaik menurut saya adalah bila buku-buku itu sanggup membuka cakrawala pikiran, tetap melekat dalam ingatan dan mampu menggerakkan sel-sel otak saya yang nyaris beku ini untuk berpikir lebih kritis dan menembus batas.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


2018 adalah tahun yang membuat saya agak kikir dalam membeli buku. Bukan karena saya membatasi buku, namun karena saya kurang merasa tertarik dengan buku-buku yang dijual di toko buku saat itu alias tidak menemukan sampul buku yang bikin hati terkesan.

Selain dari rekomendasi dan sinopsis cerita, kebanyakan bacaan buku yang saya peroleh memang melalui mata atau pandangan. Maksudnya, dengan menatap sampul bukunya saja, saya bisa langsung tertarik untuk membelinya. Dan rata-rata kombinasi antara isi cerita dan sinopsisnya cukup terwakili melalui sampul buku yang bagus.

Ini pendapat pribadi dan berdasarkan pengalaman saja. Jadi ketika saya tertarik untuk membelinya, paketnya biasanya sudah lengkap. Entah sampul bukunya yang menarik, isi ceritanya, idenya,  atau  pengarang yang memang telah lama saya kenal.

Entah kebetulan atau tidak, tahun ini sampul pilihan saya kali ini rata-rata berupa ilustrasi. Berikut  pilihan saya.



36013261
1. Sirkus Pohon

Sampul ini cukup membuat saya ragu awalnya karena antara judul dengan ilustrasinya sangat harfiah sekali dilukiskan. Ide untuk menampilkan kelompok sirkus di atas pohon adalah perwujudan yang tak disangka ternyata indah sekali. Selain ramai dan  berwarna-warni, pemilihan jenis hurufnya mampu mengingatkan kita akan tulisan reklame sirkus-sirkus pada umumnya. Ada kesan konyol, main-main sekaligus lugu yang membuat saya mengira isinya pasti akan menjebak dan ringan saja. Namun, ternyata tak ada jebakan sama sekali. Sebaliknya, isi ceritanya cukup berbobot dan wow!



37560884

2. Resign!

Saat masih berupa pre-order, saya sudah tertarik dengan sampulnya yang unik dan sederhana. Perlu berpikir dahulu gambar apakah itu? Dengan latar berwarna kuning, cukup menarik perhatian dan penasaran dengan isinya. Untuk mencari representasi tentang dunia perkantoran banyak sekali image atau gambar yang bias memperkuat sisi cerita Namun buku ini dengan jeli justru menampilkan mesin penghancur kertas yang umum ada di dunia kerja. Brilian menurut saya karena tak pernah terpikirkan alat  itu bisa menjadi medium isi cerita.

Tepat sekali bila diputuskan hanya menampilkan alatnya saja ketimbang wajah karyawan misalnya, karena pembaca jadinya akan bertanya-tanya apa hubungannya antara Resign dengan mesin penghancur kertas? Dan bukankah ini akan mendorong kita untuk mencari tahu apa relasinya.


36393774

3. Laut Bercerita

Adakah yang merasa bingung dengan keberadaan dua tungkai kaki yang menyembul dari  dasar  laut, meskipun gambar lautnya justru menyiratkan kedamaian dan keheningan di kedalaman? Kesan ambigu  saat melihat ilustrasi novel ini cukup menyeruak dari pikiran saya manakala menatap sekilas sampul ini.

Kedamaian namun ada rantai yang membelenggu sepasang kaki adalah dua hal yang bertentangan sekaligus menjadi simbol-simbol yang hendak diungkapkan melalui sampul novel ini. Menarik dan sangat menggugah perasaan atas  semua yang terjadi dalam kisahnya. Sampul yang berhasil menggetarkan nurani dan menjadi simbol keberanian dan kenangan bagi para penyintasnya.


26199820

4. Sudut Mati

Nuansa gelap seakan menjadi pesan yang sangat jelas disampaikan melalui sampulnya. Ditambah dengan sosok manusia yang duduk menatap ke arah luar gedung-gedung pencakar langit. Dengan mengusung tema  kejahatan di kancah bisnis setidaknya kita tahu tokohnya yang ada dalam kisah ini  sangat terlibat dalam rangkaian yang meresahkan di dunia korporasi.

Kesan di awal sampul ini  seakan tak menarik. Namun sebenarnya ada yang menggelitik bila membaca judul itu sendiri. Mengundang dan membuat penasaran. Sudut Mati. Apakah Sudut Mati itu? Warna merah yang dituliskan dalam 'Sudut' saja sudah menduga akan jatuh korban dalam setiap pertikaian. Sampul yang menarik dengan cerita yang menggigit sukses membuat saya menantikan sekuel berikutnya.


38090915

5. Rich People Problems

Setelah menuntaskan dua sekuel sebelumnya, gambaran tentang orang kaya Asia menemui babak baru yang terangkum dalam novel yang ketiga ini. Sampulnya sudah menjadi suatu  brand- merk bagi pengarangnya bahwa Kevin Kwan adalah pengarang seri orang kaya ini. Hanya dengan simbol ilustrasi wanita yang berkalung perhiasan, pesan terasa sudah tersampaikan.

Lagipula, saya suka dengan garis dan kesan yang ditampilkan lewat sampul ini.

Demikianlah, kelima sampul novel yang menurut saya apik dan memikat. Karena saya hanya membaca 13 novel dalam setahun, maka mohon maklumi saja bila pilihan kali ini terkesan sederhana dan apa adanya. Tahun depan semoga saya bisa membaca bermacam-macam buku dan tema dengan tampilan sampul yang lebih mengesankan lagi.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Sudut Mati
Tsugaeda
Penerbit Bintang, 340 hal
Belinya di Pameran Buku IIBF 2018

Sinopsis:

Setelah delapan tahun berada di San Francisco, tiba saatnya bagi Titan untuk kembali ke Indonesia. Anak konglomerat Sigit Prayogo ini seharusnya tak ingin pulang. Namun sebuah pesan rahasia yang disampaikan dari adik perempuannya Tiara, telah mendorongnya untuk datang dan membereskan segala urusan. Malangnya Tiara yang menjadi istri Kevin -anak penguasa Ares Inco- justru dijadikan tameng dan sandera oleh musuh mereka.

Selain bertemu dengan adiknya, Titan juga mau tak mau akhirnya berjumpa kembali dengan kedua kakak laki-lakinya yang kerap berseberangan dalam hal mengelola perusahaan. Berbeda dengan sang Ayah yang sangat gembira dengan kemunculannya, baik Titok ataupunTeno keduanya tak begitu antusias dengan kedatangan Titan.

Titok berhasrat sekali untuk menjadi pemimpin puncak di perusahaan selagi Sigit Prayogo sibuk dengan pencalonan presidennya. Sedangkan Teno, sesungguhnya ia punya agenda tersendiri. Yang bisa diandalkan hanya Titan seorang. Apalagi musuh korporasi mereka, Ares Inco sedang kuat-kuatnya dan mengincar kejatuhan perusahaan Grup Prayogo.

Apa pun dilakukan demi tegaknya perusahaan bahkan bila perlu Titan mengorbankan diri sebagai umpan Ares Inco yang sangat berhasrat sekali merebut dan menghancurkannya.


Ulasan:


Hanya tiga kata untuk mengomentari kisah ini: Bukan main, dahsyat, seru!

Kisah ini sangat sejalan dengan perkembangan dan dinamika yang sedang terjadi hingga hari ini. Terutama kisah seputar Pilpres.  Meskipun novel ini baru saya baca di 2018 (terbit 2015), namun tema ini masih nyambung dengan situasi dan kondisi saat ini. Cerita tentang pertarungan dua perusahaan dengan intrik-intrik keji dan kotor yang diumbar di sini. Bagi yang tak kuat dengan pertumpahan darah, lebih baik berhenti di awal karena situasi yang digambarkan sangat mencekam dan serius.

Bukan kali pertama saya membaca novel bertema thriller, namun yang ini sungguh membuat saya harus terus membacanya hingga usai. Hanya perlu lima hari untuk menuntaskannya.

Dunia Nyata

Alurnya yang meliuk-liuk dengan rahasia yang tetap tersimpan rapat hingga saatnya dibuka adalah racikan yang sungguh seru dan menimbulkan pertanyaan retoris, akankah di dunia nyata memang demikian? Meskipun ini hanya berupa fiksi tak bisa dipungkiri ide untuk mengembangkannya  sebagian besar berasal dari cerita yang berkelindan di sana-sini pada era menjelang Pilpres 2014.

Perusahaan yang tetap jaya di era lama (Orba) dengan berbagai kemudahan perijinan lalu perlahan-lahan tumbang bukanlah berita isapan jempol belaka. Dan situasi seperti ini sangat jitu untuk diangkat ke dalam cerita terutama sisi-sisi gelap baik yang sejalan atau yang paradoks. Tak ketinggalan manusia yang terlibat dengan berbagai aspek kejiwaannya. Namun di atas semua, ceritanya sangat kental dengan persekongkolan bernuansa gelap dan tak disangka-sangka itulah yang membuat saya merasa novel ini kurang...panjang dan tebal.



Membaca Sudut Mati seakan menegaskan bahwa inilah potret sesungguhnya perusahaan pasca Orba yang kelimpungan dan harus bertarung demi eksis dan perut.

Mengambil latar sebuah keluarga yang nampaknya harmonis namun rapuh di dalamnya. Kita akan ikut larut dalam berbagai permasalahan yang melanda keluarga Sigit Prayogo. Di awal-awal bab, pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh yang bakal menjadi dinamit dan siap meledak. Setelahnya kita bakalan terkejut karena gangster itu memang ada.

Kesan misterius makin nampak hingga ke pertengahan bab pada saat Titan tertangkap oleh anak buah Ares dan diinterogasi oleh Nando, Bos Ares Inco. Alur cerita kian panas dan menukik tajam kala Teno ikut beraksi pula. Padahal ini barulah salam pembuka dari serangkaian adegan kekerasan berikutnya.

Terkecoh

Sebenarnya banyak potongan dari cerita ini yang sukses membuat pembacanya terkecoh. Salah satunya adalah tentang sosok si Dokter. Kemisteriusannya sanggup melenakan kita yang justru sibuk mencari tahu sosok lainnya yang setara, The Shadow. Bahkan hingga menjelang akhir cerita pun kita tetap belum tahu siapakah keduanya? Pria atau wanita? Teman, sahabat, kekasih atau lawan? Hingga akhirnya kita hanya mampu terperangah akan sosoknya yang selevel agen rahasia.

Konspirasi Korporasi

Menarik untuk ditelisik mengapa tema tentang korporasi yang dipilih oleh pengarang sebagai latar cerita. Salah satunya karena pengarang memang telah paham dunia korporasi dan sangat tahu seluk beluk permasalahan yang muncul sekaligus solusinya. Alasan lain mungkin karena dunia perusahaan sangat jarang diungkit dan langka sekali untuk dijadikan tema. Entah terlalu rumit atau kurang menguasai atau berat sehingga menerbitkan kisah ini hanya ada dua pilihan; disukai atau dijauhi.

Di tangan Tsugaeda, dunia korporasi digali lebih mendalam, segala jeroan dan intrik-intrik kotor pun diungkit habis-habisan seiring dengan sikap para pelakunya yang menghamba dengan harta dan kekuasaan.

Bagi saya kisah Sudut Mati adalah thriller korporasi kedua setelah Proyek Maut. Sama-sama taktis dalam mengemas alur dan berani dalam melakukan tindakan yang bahaya bahkan ekstrem sekalipun. Kisahnya solid, memukau dan penuh kejutan.

(Baca: Proyek Maut)

Biasanya saya akan merasa 'dekat' dengan salah satu tokoh bila membaca novel. Merasa berpihak dengannya dan ikut larut oleh sepak terjangnya. Namun kali ini bagi saya semua tokoh yang terlibat serasa memiliki pribadi abu-abu dan punya andil untuk mengantarkan perusahaan Sigit atau Ares Inco ini ke lubang kehancuran.

Konspirasi licik dan ketegangan yang dibangun sangat besar sumbangannya dalam menghasilkan cerita yang tidak biasa terutama dalam menceritakan masing-masing latar belakang pribadi.

Teno atau Kath

Semua tokoh-tokohnya menarik untuk ditelusuri. Bahkan saya tertarik dengan pribadi Teno yang menghasilkan Manifesto Teno atau Kath yang cenderung menjadi sosok yang aman, stabil, tenang menghanyutkan namun sesungguhnya...ah, baca sendiri saja ya.

Antara Teno dan Kath, tanpa mengecilkan yang lain, bagi saya kedua tokoh ini merupakan kunci pembuka segalanya. Kaitannya apa, entahlah masih misterius juga. Mungkin bisa dibuat prekuelnya karena yakin deh keduanya pasti memiliki masa lalu yang sama brutalnya dibanding yang hanya diceritakan dalam sekilas dua kilas di dalam novel ini.

Menurut saya inilah kisah thriller yang 'terdekat' dengan kehidupan sehari-hari alias membumi karena selain dialog Jawa, sosok paranormal dan permen jahe, Sudut Mati sebenarnya kisah ketimpangan keluarga, pencarian jati diri anggota keluarga yang tercerabut oleh masalah lain yang lebih berat.

Bila ada kelebihan tentu ada kekurangan. Novel ini tak memberi penjelasan apa motivasi Teno sebenarnya untuk selalu ingin menghabisi ayahnya. Apakah dendam atau benci. Bila itu dikategorikan sebagai misterius, yah ini akan menjadi kisah paling lengkap kemisteriusannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Coda Imperia
Seri Imperia #3
Akmal Nasery Basral
Gramedia Pustaka Utama, 480 hal
Tobuk Gramedia PIM

Sinopsis:

Masalah seakan tak pernah berhenti mengejar Wikan Larasati sang reporter majalah Dimensi. Usai lolos dari kawanan Mafia Albania, ia masih harus menjadi saksi penemuan kalung Tears of The Virgin Mary yang dibuang ke danau Bodense Jerman dan menjadi saksi paling penting Interpol.

Keterlibatan yang makin merasuk ke dalam jaringan komplotan antara Mafia Albania, Zef, Persaudaraan Kesatria Pemelihara Kesucian Bumi dan Jenderal Pur memaksa Wikan untuk terus  mencari tahu ke manakah nasib dirinya akan dibawa.

Perjumpaannya dengan Rendra, suami MC, membawanya ikut menyelami perairan Tulamben dan sempat merasakan tinggal di kapal pesiar The Mediterranean Sun lalu menyaksikan korban pembunuhan tanpa mengetahui peran apa sebenarnya yang sedang dijalani dirinya.

Perjalanan menuju Labuan Bajo dan Kepulauan Cayman merupakan kunci pembuka permasalahan yang rumit sekaligus mengungkap tabir 'terbunuhnya' MC. Wikan sekali lagi harus kembali berada di tengah kemelut tiga kelompok yang sejatinya hanya ingin mengincar kalung Tears of The Virgin Mary itu.

Di Kepulauan Cayman tepatnya di Stingray City, Wikan sekali lagi harus menyaksikan betapa rakus dan tamaknya mereka untuk menguasai seuntai kalung yang diangkat dari kapal Van der Wijck di Lamongan tahun 1936. Hanya dengan kecerdikan dan peluang yang tipislah maka ia bisa menyelamatkan diri dari  kebrutalan kelompok yang tak segan-segan menghalalkan segala cara untuk merampas perhiasan tak ternilai itu.


Ulasan:


Sepak terjang Wikan menemui puncaknya kali ini. Saat saya membaca novel bagian ketiga dari seri Imperia ini, dua hal yang menarik dari petualangan seorang reporter wanita ini, pertama adalah;  apa mungkin ia mampu melakukannya tanpa mengalami 'kepayahan' dan rasa jeri atau ngeri akan berbagai masalah yang bertubi-tubi menghampirinya?

Namun, cerita adalah cerita yang dengan kemampuan daya khayal tanpa batas semua bisa diwujudkan begitu saja menjadi rangkaian yang seakan itu fakta adanya. Fiksi dan fakta, bedanya begitu tipis bukan? Saya seakan ikut mengalami dan menonton peristiwa demi peristiwa yang ditemui Wikan dan rombongannya mulai dari Jerman, menyelam ke dasar laut di perairan Tulamben, merasakan berada di kapal pesiar mewah, sampai ke Labuan Bajo lalu berakhir di Cayman. Wow, cerita yang spektakuler.

Kok Wikan gak kelelahan ya?

Wikan jelas kelelahan dan itu tergambar di setiap tahap ketika ia mulai menulis laporan dan selama perjalanan. Tak bisa dipungkiri kisah ini menjadi hidup karena memang ada riset dan observasi yang cukup untuk memenuhi sebuah khayalan tingkat tinggi plus cara meramu alur yang lihai. Dan itu berhasil dituangkan dengan baik oleh pengarangnya. Sama seperti di buku seri sebelumnya, perjalanan Wikan masih akan terus dibayangi oleh kelompok lain demi menguasai sesuatu.

(Baca : Rahasia Imperia, Tidak Ada Kejahatan yang Sempurna)

Itu dari segi cerita. Lain lagi dari segi penokohannya. Wikan seakan menjadi One Woman Show di sepanjang kisah dari awal hingga akhir. Karakter-karakter lain hanya sekadar melintas dan memperkuat posisi  sementara untuk kemudian berkumpul dan membuat kegaduhan.

Hal yang menarik adalah tema yang diangkat serta cara mengeksekusinya. Melibatkan nama tempat dan aneka intrik penuh kerumitan seakan pembaca hanya mengikuti saja tanpa sempat mencoba menganalisis apa yang terjadi di balik semua ini.

Jika pengarang mampu membungkus rapat-rapat rahasia apa yang akan terjadi hingga di akhir kisah,  itu merupakan  keberhasilan baginya dalam menjahit cerita dan bonus bagi kita yang barangkali saja bebal dalam menerka siapa yang berpotensi jahat. Kejutan memang menanti di bagian akhir dan tentu saja dijamin pembaca akan terperangah kecuali yang telah mampu menebak dengan jelas siapa saja pelaku-pelaku yang licin  dan apa motifnya itu. Kapan dan di bab mana akan dimunculkan dan menjadi gong itulah yang membuat penasaran.

Pembaca seperti saya yang telah mengikuti petualangan Wikan sejak dari buku pertama akan merasakan intensitas keingintahuan yang tetap tinggi dan semakin larut baik secara persona maupun akal dalam berbagai peristiwa yang dihadapi Wikan. Terlebih bila kita membacanya tanpa jeda antara buku pertama, kedua hingga langsung dilanjutkan yang ketiga.

(Baca juga : Ilusi Imperia, Sebuah Persekongkolan Tingkat Tinggi)

Saat Wikan diculik di bandara lalu harus menjelajahi wilayah lain demi mengikuti ritual kelompok lain. Atau ketika menuju Labuan Bajo dan mendarat sampai di Kep. Cayman, itu merupakan sesuatu yang belum pernah disuguhkan dalam novel Indonesia pada umumnya. Ini adalah rekor cerita perjalanan paling ambisius dalam kisah yang pernah saya baca.

"Ini salah satu kejadian paling aneh, misterius, mengerikan, brutal, melelahkan sekaligus paling membius dan mencengangkan yang pernah kusaksikan, dimulai dari Patung Imperia di Jerman, diakhiri dengan album band Inggris, Coda, dan tokoh sentralnya seorang diva Indonesia". hal 476

Dari segi jalan cerita, alurnya membumi meskipun tokohnya pergi ke mana-mana hingga ke pojok bumi sekalipun, tetap kembali ke suasana Indonesia dan tetap tanpa kehilangan daya pikatnya dalam mengunjungi berbagai tempat hingga ke pulau Komodo sekalipun.

Serba Tahu

Hal kedua yang menarik lainnya adalah cara pengungkapan para tokoh, keterlibatan serta motif yang melatarbelakangi para pelaku ini dalam merencanakan suatu peristiwa kejahatan yang secara jitu mampu diungkap dengan baik oleh Wikan.

Mirip dengan novel karangan JK Rowling yang pernah saya baca di mana dari bab awal hingga pertengahan pembaca disodori oleh rentetan kejadian yang sambung menyambung. Lalu pada akhirnya mereka diungkap satu persatu hanya lewat penuturan sang reporter.

Jadi keterangan semacam narasi dari pengarang diwakilkan melalui ucapan Wikan tentang hal-hal yang patut diketahui pembaca.

"Kadang-kadang tak perlu semua hal diungkapkan dengan jelas di awal, agar surprise di akhir jadi mengesankan." hal. 422

Secara keseluruhan novel ini menarik dan seakan nyata. Bila membaca keseluruhan seri Imperia ini Pengarang sangat piawai menggambarkan adegan dramatis sekaligus pamungkas dari semuanya di penghujung cerita. Tema yang diusung pun masih jarang ditemui.Tak terlalu berlebihan bila kita berharap kisah semacam ini tak berhenti sampai di sini saja. Semoga ada sekuelnya dengan suasana yang seheboh mungkin. Atau dibuat sempalannya khusus hanya petualangan Wikan saja.



Nah, dengan segudang informasi yang bertebaran di sepanjang cerita ini, maka jika jeli sebenarnya kita akan segera tahu mana kawan, mana lawan. Pastikan untuk membacanya dengan saksama.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Rahasia Imperia
Seri Imperia #2
Akmal Nasery Basral
Gramedia Pustaka Utama, 432 hal
Gunung Agung, Blok M


Sinopsis:


Masih mengikuti petualangan Wikan sang reporter yang tengah berada di Jerman. Perkembangan semakin melebar karena kabar terbunuhnya sang Diva seakan menjadi bola salju yang terus menggelinding dan melibatkan tak hanya nama-nama penting di Indonesia, namun juga kelompok mafia yang disegani di Eropa, Mafia Albania.

Dengan bantuan banyak pihak yang secara kebetulan bertemu dan menjadi penghubung urusan selama di Jerman seperti mbak Puti atau pun Kaban, Wikan mampu mengolah berita dan menjadikannya satu-satunya wartawan yang mendapatkan sumber berita paling akurat tentang peristiwa pembunuhan diva pop, MC dan manajernya Adelia.

Begitu fokusnya Wikan menggali keterangan berbagai pihak yang terlibat atas pembunuhan dua warga Indonesia di negeri orang, hingga ia nyaris lengah dan tak sadar nyawanya menjadi incaran Sang Pemikir beserta anak buahnya.yang tak ingin aktivitasnya terungkap dengan gamblang.


Ulasan:


Usai menghabiskan novel yang pertama, tibalah melahap novel yang kedua. Biasanya buku kedua akan berisi pengungkapan atau latar belakang terjadinya masalah. Namun untuk seri yang kedua ini, decak kagum terlontar kembali saat mata ini menelusuri kata demi kata. Bagaimana tidak, di seri ini justru ada plot-plot baru yang membuat kita menjadi semakin terperangah mengetahui watak dan tokohnya serta twist yang muncul.

(Baca juga: Ilusi Imperia Sebuah Persekongkolan Tingkat Tinggi)

Ibarat minum sirup dalam botol, botol pertama ada rasa manis dan kecut, lalu saat minum di botol kedua seharusnya rasanya menetralkan namun sebaliknya  minum  botol kedua justru semakin membuat kita mabuk dan hanyut serta ingin menghabiskannya dalam waktu singkat meski itu ternyata racun.



Demikian pula dengan kisah kedua ini. Kisahnya lebih mencekam, menyesatkan dan sulit dibedakan mana kawan atau lawan. Thrillernya lebih kental karena tokohnya seorang diri dan beredar di belantara Eropa dengan segala keterbatasan pengetahuan dan keluguan khas jurnalis yang baru diterjunkan pertama kali meliput berita.

Ada saatnya tokoh jagoan kita nampak menjengkelkan dengan ketidaktahuannya namun di sisi lain itu menjadi kekuatan dan menjadi senjata bagi mereka yang ingin melenyapkannya.

 Hal yang terungkap saat membaca kisah ini adalah untuk menuliskan sebuah novel itu perlu riset dan observasi yang pada dasarnya semua calon penulis pasti mampu melakukannya. Namun untuk menciptakan sebuah novel thriller dengan penggambaran khas Indonesia ditambah dengan wawasan  negeri yang tak sekadar antah berantah (Jerman) membuat kisah yang dituturkan menjadi sangat spesial dan mempesona.

Lika-liku tempat, nama masjid, jalanan, wilayah, stasiun, kereta api adalah sesuatu yang bisa dipelajari namun mengolah dan menjahitnya menjadi sebuah cerita thriller itu butuh kemampuan lebih yang tak sekadar menyelami selama satu minggu saja. di sana.

Topeng-topeng yang Terbuka

Meskipun novel ini jauh dibuat sebelum masa-masa politik yang 'panas', namun isi ceritanya ternyata masih relevan dengan masa kini. Kita akan saksikan Jenderal Pur sebagai tokoh kuat militer yang sangat berkuasa dan memiliki segalanya. Atau sosok pimpinan redaksi majalah yang ternyata takluk oleh kekuasaan dan bermuka dua. Atau  awak redaksi yang menjilat. Banyak sekali jenis orang-orang seperti ini bukan?

Semua yang awalnya manis ternyata menympan rahasia masing-masing dan terungkap dalam suatu peristiwa. Bukankah saat ini pun kondisinya seperti itu? Semua orang perlu memasang topeng agar wajah aslinya tidak terlihat.

Alur kisahnya linier dan tidak terlalu njelimet. Kisahnya enak diikuti. Mungkin yang perlu diingat-ingat adalah nama-nama lokasinya. Maklum seluruh latar masih tetap berada di Jerman berikut istilah di tiap babnya yang mengundang rasa ingin tahu dan ingin segera menamatkan.

Kefasihan sang pengarang dalam menyusun alur, tokoh-tokoh kenalan khas Jerman mulai dari inspektur polisi hingga tim otopsi menjadi daya tarik sendiri dalam menikmati novel ini. Kita tidak akan merasa bingung karena lokasi atau istilah Jermannya namun justru pada tokoh-tokohnya yang secara tidak terduga akan menjadi bumerang bagi Wikan.

Wanita Penyelamat

Selain kisah yang menawan, kekurangannya pun ada meskipun minor saja semisal mengapa tokoh jurnalis yang notabene wanita dan belum ada satu minggu bekerja di kantor redaksi tiba-tiba menjadi pemberani dan mampu melawan kekuatan yang melebihi dirinya?

Dan, saya rasa sosok Wikan kurang digali lebih dalam personanya. Apalagi di novel pertama diceritakan ia memiliki kemampuan dalam mensugesti benda atau telepati, psikokinesis atau mengetahui peristiwa di tempat lain. Mengapa kedua sifat itu tidak dieksploitasi? Pastilah itu akan menambah daya dinamit kepingan kisah Imperia lain ini bila ditonjolkan.

Dengan segala 'kebodohan' yang dibuatnya maka sosok wanita ini menjadi seakan memiliki dua sisi. Dielu-elukan namun juga disalahkan. Manusiawi sekali sih, karena pada dasarnya tokoh protagonis yang ingin ditampilkan bukanlah sosok yang harus pintar apalagi di tengah budaya kerja di mana perempuan dianggap minoritas dan kalah ego dari kaum pria. Namun sifat cerdik, bernyali, intuitif serta berani merupakan sifat dasar yang sangat penting demi terkuaknya sebuah  rahasia.

Kesan saya setelah membaca isinya, novel ini 'menjebak' jadi berhati-hatilah ke mana Anda berpihak.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Ilusi Imperia
Seri Imperia #1
Akmal Nasery Basral
Gramedia Pustaka Utama, 384 hal
Gunung Agung, Blok M

Sinopsis:

Wikan Larasati tak pernah menyangka pekerjaan pertamanya sebagai seorang reporter di sebuah majalah berita bernama Dimensi telah menghantarkannya ke tengah arus yang memusingkan. Pertemuan nara sumber pertamanya yang adalah seorang diva pop bernama MC alias Melanie Capricia telah mengantarkannya ke belahan bumi  Eropa dan mendapati  dirinya terjebak dalam pusaran  masalah yang pelik.

Meskipun Wikan berhasil mewawancarai MC namun hasil yang didapat justru obrolan yang remeh-temeh belaka. Bahkan kehadirannya di dekat patung Imperia di kota Konstanz Jerman telah mendorong Adel sahabat sekaligus manajer penyanyi itu untuk mengungkapkan isi hati dan kebenciannya terhadap MC.

Pengungkapan Adel yang ternyata telah bekerja sama dengan pengacara kondang Rangga Tohjaya untuk menjebak MC telah mencengangkan dan membuat hati MC terluka dan merasa dikhianati.

Wikan yang telanjur mengetahui dan menyaksikan betapa terkoyaknya sebuah persahabatan memutuskan untuk menemani MC di hotel.

Tak ada yang tahu kecuali mas Hastomo -sang senior, bahwa Wikan sebenarnya memiliki kemampuan semacam sugesti dan telepati. Sebuah kombinasi yang sangat langka dan pastinya berguna untuk mengendus masalah, atau justru memperlebar masalah?

Ulasan:

Dari berbagai kisah yang saya baca selama ini baik itu yang bertema jenaka, percintaan, kriminal atau kesedihan, rasa-rasanya baru kali ini saya merasa inilah cerita yang sanggup membuat saya terpesona oleh bahasannya yang padat dan penuh intrik jahat.

Alur cerita  yang sangat dramatis dikemas dengan penyampaian yang begitu informatif perihal lokasi, sosok manusianya, serta institusi yang terkait dalam cerita itu sungguh mengesankan. Semuanya terasa begitu hidup dan nyata. Dan tak main-main isu ceritanya adalah tentang selebritas yang dituduh melakukan pembunuhan berencana terhadap pengacara kondang yang telah membantunya lolos dari tuduhan plagiarisme. Menarik dan agak langka, bukan?

Pengarang sangat detail dalam menceritakan berbagai hal yang bertalian dengan Imperia semisal Konstanz, kota kecil di Jerman, atau tempat-tempat lain di sekitarnya terutama patung Imperia yang menjadi ikon sekaligus inspirasi dan sumber obsesi bagi MC.

Tema yang diusung sebenarnya sudah banyak diangkat ke dalam cerita fiksi. Sebelumnya cerita-cerita tentang konspirasi, pembunuhan, atau investigasi, setahu saya sering dikisahkan oleh pengarang sekelas Remy Silado atau Okky Madasari. Intrik-intrik yang ditonjolkan selalu menarik dan memikat pembacanya lengkap dengan catatan kaki yang menegaskan sebuah  persoalan sehingga kadang pelaku utama menjadi tak penting lagi untuk ditebak.

Begitu pula dengan Ilusi Imperia, rasanya lama sekali menanti cerita dengan tema sedemikian serunya hingga akhirnya muncul bacaan yang mampu memuaskan dahaga kerinduan akan cerita seputar penyelidikan atau investigasi yang khas dengan persekongkolan tingkat tinggi didukung oleh informasi dan data yang lumayan akurat guna memperkuat landasan dan tema ceritanya.

Ilusi Imperia adalah buku bagian pertama dari trilogi Imperia. Buku pertama baru melakukan pengenalan dan investigasi awal yang masih prematur sehingga ini akan mendorong pembacanya untuk cepat melanjutkan ke buku kedua dan ketiganya. Kita akan berkenalan dengan tokoh semacam Bang Moorhan si kepala redaksi, Arlen, Hastomo, Krisnawan awak redaksi, MC, Adel sang manajer MC, Jendral Pur, dan tak ketinggalan sosok sentral, Wikan Larasati sang reporter yang masih canggung dan gagap dalam menjalankan profesi barunya.

Perlu Pemahaman

Membaca cerita yang berbobot dan yang mengundang rasa ingin tahu itu perlu dua pilihan. Pilihan pertama dibaca sampai habis dengan cepat, atau dibaca secara bertahap karena dalam setiap babnya ada berbagai hal yang bisa menjadi pengetahuan dan pemahaman baru. Pilihan-pilihan itu cukup memuaskan namun tergantung individu untuk menyelesaikannya. Saya pribadi lebih memilih yang kedua, karena arus kisahnya sangat detail dan deras serta memerlukan pemahaman akan lokasi dan istilah di dalamnya.

Membaca cerita debutan wartawan Tempo ini  serasa membaca liputan kejadian yang sangat nyata dan otentik. Plus, penguasaan tentang suatu hal entah konstelasi bintang, dunia musik, atau asal mula Imperia misalnya sangat memikat. Hal ini tak begitu mengherankan karena Akmal sendiri memang telah biasa meliput suatu berita baik yang berskala nasional atau sekadar ruang lingkup kecil sekitar ibukota dengan tambahan dan nara sumber yang sungguh-sungguh ada terlebih kasus-kasus yang menyerempet politik.



Meskipun novel ini agak blak-blakkan dalam menceritakan segala hal baik hubungan antar pria-wanita ataupun pengungkapan kasus pembunuhan, namun percayalah ini takkan membuat pembacanya berhenti membaca. Sebaliknya, pembaca akan merasa tergiring untuk semakin ingin tahu kisah selanjutnya. Kalau ada yang mengatakan bahwa novel ini vulgar dalam menggambarkan aspek suatu hubungan, sebenarnya Ilusi Imperia justru  berisi cerita yang serius. Lagipula, sampulnya sudah  direvisi dengan menampilkan 18+ sebagai tanda isinya tidak ditujukan untuk remaja atau di bawah 18 tahun.

Akhirnya, dalam seri yang pertama ini kita hanya mampu menyusun noktah-noktah kecil, kepingan-kepingan yang perlu dirangkai menjadi sebuah gambar yang jelas tentang siapa dalang pembunuhan pengacara terkenal bernama Rangga Tohjaya ini.


Jawabannya mungkin saja ada di novel #2.

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar


Rainbirds
Clarissa Goenawan
Gramedia Pustaka Utama, 400 hal
Gramedia Gancit

Sinopsis:

Kematian sang kakak yang terlalu tiba-tiba seketika memaksa Ren Ishida untuk pergi meninggalkan kota hiruk pikuk Tokyo ke Akakawa, kota kecil tempat terakhir Keiko menetap sebelum akhirnya terbunuh dengan mengenaskan.

Guna menyelidiki sebab dan musabab terjadinya pembunuhan sang kakak tercinta itulah, Ren akhirnya memutuskan untuk tinggal lebih lama di Akakawa. Di kota ini ia berkenalan dengan berbagai macam tipe manusia yang beraneka sifat. Mulai dari politisi yang menyewakan tempat tinggal, teman-teman guru kursus yang unik dan apa adanya hingga muridnya yang agresif dan menyukainya.

Penyelidikan yang dilakukan Ren memang seakan membentur angin  namun ada bagian yang sejatinya telah memberi pelajaran baru yang sangat berguna bagi Ren pribadi dan sangat memberi makna, yakni waktu berharga.

Ulasan:

Bila ingin merasakan sebuah kisah yang muram, sendu, tanpa emosi berlebihan, dengan kadar keheningan yang mengelus pikiran dan jiwa mungkin cerita yang berjudul Rainbirds ini dapat mewakilinya.

Sebenarnya sebuah novel meskipun dengan judul yang singkat pasti akan memunculkan daya tarik entah apa daya tarik itu terlontar. Novel dengan judul Rainbirds ini telah membuat saya bertanya-tanya, apa yang menjadi keistimewaan  dan daya tarik darinya?  Saya tak mengira kisah yang diutarakan begitu sedih, alih-alih menguak misteri yang terbungkus rapat di dalamnya,  justru yang diuraikan adalah kondisi emosi pihak si adik yakni Ren yang tersuruk-suruk dan putus asa karena harus mencari sendiri jawaban yang menggantung ketimbang sosok sang Kakak yang hanya  tinggal nama saja.

Yang menarik adalah meskipun jalan ceritanya sendu, namun tertanam di dalamnya kekuatan untuk optimis, bangkit dari kesedihan dan berpegang pada kenyataan yang akan dijalani berikutnya. Kemampuan pengarang untuk menceritakan sosok-sosok yang rindu akan kebersamaan kakak beradik saat masih kecil hingga remaja adalah kelebihan yang memang pantas diganjar oleh beberapa penghargaan.

Keterlambatan dalam mengenal sosok anggota keluarga yakni kakak dan penyesalan yang dalam akibat sedikitnya waktu untuk memahami apalagi berbincang adalah poin yang sangat menohok perasaan saat membaca novel ini. Kilasan-kilasan masa lalu di mana Ren kecil tak ingin makan di luar lalu Keiko akhirnya memasakkan sesuatu adalah momen yang menyentuh dan tak mungkin terulang kembali. Pengarang berhasil menghadirkaan kebersamaan  dengan halusnya tanpa menyadari bahwa  itu adalah kehidupan yang telah berlalu.

Dalam menelusuri jejak kematian, kita akan menyaksikan betapa waktu telah terbuang sia-sia karena tak mengenal dengan baik momen yang terjadi saat itu dan betapa merindunya kebersamaan masa lampau  meskipun saat itu sangat singkat.



Alur ceritanya sangat detail dengan lokasi dan waktu yang berjalan paralel. Dialog yang sederhana, kegiatan sehari-hari yang dilakukan selama menetap di rumah sang politisi, atau  berkendara bersama Honda adalah hal yang remeh dan biasa saja namun semua memberi makna tertentu. Selain tema yang kuat, daya tarik lainnya saat membaca Rainbird adalah pemilihan latarnya yang unik, Jepang. Pengarangnya sangat mengenali budaya Jepang  nampaknya seakan yang saya baca adalah novel buah karya orang Jepang dengan segala kebiasaan, restoran, losmen maupun tokoh dan nama khas orang Jepangnya. Sempurna.

Lepas dari pernak-pernik Jepangnya, membaca cerita ini membuat saya larut dalam renungan dan kesimpulan bahwa permasalahan seperti ini  sangat universal namun penanganannya belum tentu sama, Kompensasi kesedihan dan penyembuhan luka bagi sebagian orang yang dirundung kesedihan terutama yang dipilih oleh pengarang untuk mengakhiri semuanya adalah brilian.

Tak pernah menyangka akhir ceritanya demikian adanya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Berjumpa lagi dengan agenda tahunan IKAPI yakni pameran buku paling keren. Mengapa keren? Karena diadakan di JCC Senayan yang sepertinya memang sudah betah diadakan di sana. Dan adanya tamu kehormatan sebagai peserta pameran buku tahun ini yang berhadiah undian umroh cukup memiliki daya tarik tersendiri. Hhm...sungguh prestisius.

Awalnya agak malas untuk mendatanginya namun dorongan untuk mengetahui perkembangan buku di Indonesia akhirnya membuat saya ingin melihat. juga Terlebih lagi pihak IIBF mendengung-dengungkan adanya penjualan buku dengan diskon yang lumayan. Nah, yang begini ini yang gak bisa ditolak.

Zona Kalap

Ya, inilah tempat yang menjadi daya tarik terbesar dari sebuah acara pesta buku yang berlangsung mulai tanggal 11-16 September tahun ini. Zona Kalap. Dengan iming-iming diskon 20 -80 persen, kehadirannya sangat menggiurkan para pecinta buku murah seperti saya ini.



Maka tak perlu menanti lama, saya pun ikut larut dalam suasana yang riuh rendah mencari harta karun yang menggunung di depan mata. Selain itu, seperti biasanya, ada pula acara-acara lain yang tentu saja ikut heboh dan menambah suasana semakin ramai. Saat saya ke sana acara yang sedang berlangsung  adalah dialog pengarang dan kalau tak salah ingat yang sedang diwawncarai adalah penulis muda berbakat, Maudi Ayunda.

Sebenarnya datang di akhir pekan (Sabtu) itu menyenangkan namun hambatannya adalah terlalu banyak orang yang beredar serta antrean pembayaran di kasir yang lama membuat beberapa pengunjung jadi agak malas untuk mengubek-ubek lebih dalam lagi. Termasuk saya.

Akhirnya, ya setelah pindah ke sana kemari dari satu bak ke bak lain, didapatlah 3 buku saja.

Penerbit lain

Stan penerbit  langganan lainnya seperti Gramedia dan Mizan memang tetap hadir tapi buku-bukunya ternyata sebagian besar ada yang sudah pernah saya beli. Akhirnya kami hanya berkeliling saja.



Ada juga stan yang memamerkan khasanah sastra atau perjalanan sastra Indonesia yang tampilannya cukup mengesankan karena dihiasi oleh sampiran kertas-kertas putih panjang dan jejeran novel sastra lama. Cukup artistik dan mirip suguhan teater.




Tamu Penerbit

Penerbit tamu utama  tahun ini adalah Saudi Arabia. Beberapa tahun lalu sewaktu masih berpameran di Istora, Arab Saudi juga pernah hadir sebagai tamu penerbit. Dan di sini saya hanya melihat-lihat saja koleksinya karena selain tidak paham dengan tulisan  Arab gundulnya juga menurut saya kurang ada acara atau kegiatan yang lebih menarik selain yang berhadiah umroh.



Begitulah, seharian mengunjungi pameran ini cukup membuat kita tahu bahwa industri buku itu rumit dan butuh timbal balik antara penerbit dengan pembacanya. Kehadiran e-book seharusnya menjadi momen agar buku kertas juga bisa semakin dicari orang.  Dan bukannya menaikkan harga akibat bagi-bagi biaya produksi.

Di pameran ini saya merasakan semakin ke sini (2018) semakin sedikit penerbit yang ikut berpartisipasi. Beda sekali saat lima-enam tahun lalu yang selalu ramai karena rasio pengunjung dengan jumlah penerbit yang ikut serta setara.

(Baca : IIBF 2017: Daya Beli Menurun?

Nah sekarang? Rasio di akhir pekan yang saya amati dan datangi itu lebih besar pengunjungnya dibandingkan penerbitnya bahkan  KPK saja tak nampak di pameran tahun ini, mungkin sibuk. Padahal saya mengharapkan buku cerita anti korupsinya.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Rich  People Problems (Crazy Rich Asians #3)
Masalah Orang Kaya
Kevin Kwan
Cindy Kristanto (Alih Bahasa)
Gramedia Pustaka Utama, 480 hal
Gramedia, Melawai

Sinopsis:

Nicholas Young bergegas pulang ke Tyersall Park ketika mendengar neneknya, Su Yi sakit keras. Meskipun dihinggapi rasa sedikit enggan karena teringat neneknya pernah mempermalukan istrinya Rachel, akhirnya Nicholas hadir juga di sana berkat dorongan dari sang istri.

Tak hanya Nicholas, seluruh kerabat Shang dan Young juga berbondong-bondong mendatangi sang nenek. Walaupun menghadapi berbagai hambatan untuk menjenguk neneknya, akhirnya Nick berhasil membuat dirinya yang pertama ditatap Su Yi saat nenek kuat ini membuka kelopak matanya di suatu pagi.

Jika Nick lebih mementingkan kualitas pertemuannya dengan neneknya, tidak demikian halnya dengan kerabat lainnya. Diam-diam mereka memiliki tujuan lain. Mulai dari bibi, paman, bahkan sepupunya yang bernama Eddie sebetulnya lebih tertarik menanti kabar pembagian warisan besar yakni Tyersall Park sendiri ketimbang menjenguk si nenek.

Di saat yang lainnya sibuk mengatur strategi akan warisan yang didapat, Astrid Leong justru pergi ke tempat lain. Liku-liku perjalanan cinta Astrid dengan pacar lamanya Charlie yang awalnya selalu terhambat oleh berbagai gangguan kini kian matang dan hampir mendekati titik yang membahagiakan.

Lalu ada pula Kitty Pong yang ingin sekali merebut bahkan dengan berbagai upaya ingin menancapkan kukunya ke jenjang pamor yang lebih terkenal dibandingkan dengan putri tirinya, Collete Bing. Ambisinya makin menjadi-jadi saat mendengar  Tyersal Park akan jatuh ke  tangan Collete  hingga ia memutuskan untuk melakukan segala cara yang akhirnya mempertemukannya dengan Nick dan Tyersall Park.

Ulasan:




Jika membaca judul novel yang diterjemahkan dengan Masalah Orang Kaya ini, maka sudah tergambar dalam benak bahwa isi kisahnya tentu tentang orang kaya dengan berbagai tetek bengek masalah. Ternyata tak hanya kaum miskin saja yang memiliki persoalan, orang kaya yang nota bene dilimpahi oleh berbagai fasilitas dan kemudahan dalam hidup rupanya juga memiliki kesulitan yang kendati terdengar sepele namun menjadi sebuah persoalan besar.

Di novel jilid ketiga ini pengarang lebih mengungkap masalah hati dan perasaan yang tertinggal menjelang Su Yi sang penguasa Tyersall Park mangkat. Anak, cucu, menantu bersatu padu menemani  sang nenek yang semakin menurun kesehatannya. Tak lupa intrik,  ketamakan dan ketulusan yang membuat haru hadir pula dan  mampu membuat cerita ini makin solid dalam alurnya. Para tokohnya tetap memikat, menarik dan tentu saja mengundang tawa. Seperti biasa Kevin selalu jago dalam membeberkan tingkah polah orang-orang kaya dengan segala atribut dan hal remeh temeh khas orang kaya.

Pengarang pun tak ketinggalan menyelipkan kelucuan-kelucuan yang ditimbulkan oleh Eddie yang berusaha menarik simpati khalayak dengan menyanyi saat upacara penghormatan Su Yi. Beberapa tokoh yang di novel terdahulunya hanya disebut-sebut namanya kini muncul seluruhnya dan diperkenalkan ke pembaca.

(Baca: Crazy Rich Asians (Kaya Tujuh Turunan)

Dalam novel ini juga diungkapkan untuk pertama kalinya masa lalu dan sepak terjang seorang Su Yi. Terkesan dipaksakan untuk masuk ke dalam plot cerita namun herannya cerita tentang Su Yi ini menarik dan  menjadi semacam centre of attention  bahwa Tyersall Park adalah sebuah situs yang maha penting dan harus dipertahankan.

Saya suka saat petualangan Su Yi diceritakan secara kilas balik. Ada semacam romansa masa lalu yang manis dan membuat kita teringat kisah-kisah masa pendudukan Jepang di wilayah Asia Tenggara. Saat Su Yi bermain di taman Tyersall dan tanpa sengaja menemukan bunker rahasia, bagian itu menjadi hal yang membangkitkan imajinasi pembaca. Itu saja sudah membuat kita mengucapkan "Wah!" karena terbayang  lorong-lorong panjang berliku di bawah tanah yang saling terhubung salah satunya ke kawasan Tyersall Park atau Kebun Raya. Bahkan pertemuannya dengan James menjadi pemuas rasa ingin tahu pembaca yang sesungguhnya bertanya-tanya siapakah perempuan ini? Mengapa Su Yi bisa memiliki kawasan mahal di Singapura? Dan bagaimana masa lalunya?

Meskipun plot utamanya adalah tentang masalah perebutan lahan mahal, sesungguhnya ada sub plot yang mencuri perhatian. Plot pertama tentang masa depan Tyersall Park, plot kedua tentang pencarian diri Astrid akan hidupnya yang serba diatur, lalu plot ketiga tentang Kitty Pong.

Plot tentang Nick dan Rachel justru agak tersingkir akibat masalah-masalah lain. Dan ini agak mengecewakan. Pengarang tidak memberi ruang yang lebih dalam bagi kedua insan yang sedang  bahagia-bahagianya mmembina rumah tangga ini. Terlebih Rachel kurang dieksplor lebih jauh selain hanya sebagai istri yang baik lalu tiba-tiba menjadi naik pitam ketika Eleanor mengungkit bayi yang belum lahir dari rahimnya.

"Eleanor, INI BUKAN TENTANGMU! Nick dan aku akan 
punya anak ketika kami mau dan siap!" Rachel balas berteriak. (hal. 437)

(Baca: China Rich Girlfriend ( Kekasih Kaya Raya)

Teknik penggambaran situasi yang dibagi per bab dalam empat bagian cerita memudahkan kita untuk menandai betapa orang-orang kaya  New York, Singapura, Hongkong, Shanghai, Malaysia ataupun India telah saling terhubung menjadi satu semesta yang seolah tergenggam dalam satu kekuasaan.

Akhir kata, novel ini cukup memberi wawasan bahwa kekayaan adalah bagaimana kita bisa mengelolanya agar tak menjadi sesuatu yang terbuang sia-sia. Dengan pemikiran sedikit jauh ke depan dan dana yang telah tersedia, sebuah lahan bisa dijadikan situs yang berguna untuk anak cucu puluhan bahkan ratusan tahun kemudian.

Novel yang menarik, menghibur, membangun imajinasi tentang kekayaan yang memikat dan gaya penyampaian yang sangat ringan serta tidak neko-neko.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar




Cahaya di Penjuru Hati
Alberthiene Endah
Penerbit Andi, 438 hal
Gramedia, Melawai


Sinopsis:


Pria bernama Gondo itu terlahir dari keluarga yang sederhana dengan berbagai keterbatasan. Sejak kecil hingga remaja ia harus  selalu berjuang dan berjuang demi meraih masa depan yang lebih baik. Berbagai kesibukan yang mampu mendatangkan uang akan ia jalani. Setelah berjumpa dengan Lili, sang istri, kehidupan menjadi agak lebih cerah.

Sedikit demi sedikit roda kehidupan bergulir ke atas dan mendapatkan berbagai kemakmuran. Penerbitan dan hotel adalah salah satu bukti kerja keras pasangan ini.

Setelah sekian lama merasakan indahnya kebersamaan dan keberhasilan, badai meredupkan keluarga yang harmonis ini. Sang Istri tiba-tiba harus selalu berbaring, selalu mengeluhkan sakit dan lebih banyak beristirahat akibat  penyakit yang diderita.

Ketakutan, kegelisahan, kecemasan akan perginya sang belahan jiwa turut memberi kehampaan. Namun dengan tekad yang kuat semuanya bangkit karena hidup toh harus terus dijalani.


Ulasan:


Awal melihat novel ini ada perasaan ragu; apakah kisah yang akan dituturkan oleh mbak AE ini akan sedahsyat kisah biografi lainnya?

Siapakah JH Gondowijoyo?  Tokoh apakah ini?

Lalu saya memutuskan untuk membacanya. Dan ternyata sama dengan kisah biografi lainnya, cerita ini sangat menginspirasi dan kuat dalam tema.

Membaca buku ini dapat dipastikan kita akan terkagum-kagum oleh semangat dan perjuangan yang dirintis sejak muda oleh Pak Gondo.  Cerita yang penuh dengan kegetiran ini dihiasi oleh tutur bahasa yang apik dan menenangkan jiwa yang disematkan dalam setiap larik kata sehingga pembaca tak hanya menemui  nilai positif namun juga optimisme yang kuat dan ditularkan melalui kalimat yang disusun dengan indah. Adalah Alberthiene Endah yang berhasil menuangkan segala keresahan hati maupun kebahagiaan dari sosok bernama Gondowijoyo dengan tepat dan berhasil menyentuh perasaan kala dilanda keterpurukan.

Menurut saya kekuatan novel ini selain kisah hidup Pak Gonda yang memang sudah menarik sejak awal, juga karena sosoknya yang sederhana, bersemangat, pantang menyerah dan mau melakukan apa pun demi meraih hidup yang lebih baik. Kalimat-kalimat indah nan santun semakin menahbiskan mbak AE sebagai penulis biografi yang paling mampu dan jago dalam mengaduk-aduk emosi untuk masa sekarang ini.

Tidak mudah untuk menjadi juru cerita dan mengisahkannya persis sesuai dengan perasaan si pelaku yang dibiografikan namun mbak AE sangat piawai dalam memindahkan rasa, pikiran, dan jiwa ke hadapan pembacanya lengkap dengan berbagai gejolak emosi yang dimiliki sang tokoh.

Membaca novel biografi seperti ini, kita menjadi tahu dan ikut merasakan gejolak yang dirasakan. Beruntunglah Pak Gondo bertemu dengan mbak AE yang telah trampil dengan jam terbang yang tak diragukan lagi dalam menulis biografi. Selain kemampuannya dalam menerjemahkan isi hati dan pikiran sang tokoh,  tulisannyapun  tidak akan melelahkan apalagi terasa jenuh  karena kemampuan memilihkan  kalimat demi kalimatnya sangat mengalir lancar.

Alur cerita bersifat paralel dan sudut penceritaan hanya berasal dari bapak Gondo seorang. Namun lewat penuturannya, kita bisa tahu  siapa dan bagaimana orang-orang yang beliau cintai itu berinteraksi dan bahu membahu meringankan beban pikiran akibat sakitnya salah satu anggota keluarga dalam hal ini ibu Lili.

Dengan memahami jalan pikiran Pak Gondo diharapkan pembaca ikut bisa mengambil hikmah terbesar yaitu jangan sia-siakan segala yang ada di sekeliling kita. Lakukan apa yang bisa dikerjakan  karena keluarga adalah harta yang paling berharga.

Bersyukur dan selalu berpikir optimis akan membawa pencerahan dalam jiwa, kurang lebih demikian yang bisa digaris bawahi.

Dan percayalah, semesta akan selalu mendukung di setiap upaya yang dikerahkan dengan setulus hati walau sekecil apa pun itu.



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Aroma Karsa
Dee Lestari
Penerbit Bentang Pustaka 724 halaman
Gramedia PIM
(Pinjam dari Adik)

Sinopsis:

Pencarian akan sebuah tanaman yang mampu membius pikiran dan penciuman akhirnya menjadi obsesi Raras Prayagung sejak lama. Dengan pengamatan yang jeli dan penuh kesabaran ia berhasil mengajak Jati, seorang anak muda penghuni Bantargebang dan putri angkatnya Tanaya Suma untuk mencari sumber bunga sakti Puspa Karsa,

Walapun segala daya telah dikerahkan guna memiliki tanaman sakti itu dan meskipun telah jatuh banyak korban, namun sang bunga tetaplah jauh dari jangkauan.

Ada misteri lain yang melingkupi kehidupan pribadi Jati dan Tanaya Suma dan kehadiran mereka berdua justru  menguak tabir jauh ke masa sebelum mereka lahir ke dunia.

Ulasan:


Setelah menanti beberapa bulan akhirnya novel ini berada di pangkuan saya, siap untuk ditelusuri kalimat-kalimatnya. Karya Dee kali ini mengupas soal bau. Tema yang setahu saya jarang atau belum banyak diulik oleh pengarang lain di Indonesia. 

Menjelajahi berbagai aroma yang dihantarkan oleh Dee membuka wawasan saya akan bau membaui berbagai objek baik fisik maupun abstrak. Bahwa fungsi hidung ternyata tak sekadar membaui yang terhidang dan diperintah otak, namun ada aroma lain yang terselip, terserak, berpendar-pendar di sekitarnya tanpa kita sadari kehadirannya. Selalu saja ada bahan atau ilmu baru yang ditularkan oleh sang penulis baik secara nuansa klinis atau mengandalkan indera penciuman semata.

Novel yang menjadikan aroma sebagai tema utama adalah suatu kemustahilan pada awalnya karena sekilas timbul pertanyaan, apa yang ingin diungkap dari aroma yang hanya mampu dibaui, diendus, dan dirasakan oleh indera penciuman namun tanpa bisa dijamah apalagi direngkuh?

Jalan ceritanya sebenarnya sederhana dan gak jauh-jauh dari masalah hubungan antar manusia dengan persoalan yang dibikin pelik tapi kebetulan memiliki kesamaan penciuman tajam dan diramu dengan polemik pencarian keluarga yang hilang. Namun di tangan Dee semua terasa begitu luar biasa. Begitu detail. Plot  tunggal yang  seakan mengarah pembacanya ke  kancah misteri karena munculnya prolog tentang keharuman yang telah tertulis dalam sebuah lontar, plot tentang  pencarian Puspa Karsa,  hubungan lama yang terjalin antara Khalil dengan Raras,  bahkan percikan asmara antara Suma dengan sang hidung tikus, Jati Wesi diungkap dengan pendekatan bau-membaui.



Saya amat mengapresiasi berbagai riset yang mendukung jalinan sebuah cerita. Cerita tanpa ada pengetahuan yang dibagikan tak ubahnya seperti perjalanan tanpa bisa menatap ke luar jendela dengan berbagai pemandangan yang terhampar. Akhirnya sesampainya di tempat tujuan tak ada kisah yang bisa diceritakan untuk orang di rumah.

Novel-novel Dee selalu membuka wawasan. Pengetahuan tentang sebuah aroma, laboratorium aroma, jenis-jenis aroma adalah sebagian pengetahuan yang bisa saya ambil dari Aroma Karsa.

Dalam Aroma Karsa, yang paling esensial menurut saya adalah aroma itu sendiri yang mampu dideskripsikan dengan detail dan tajam sehingga pembaca ikut larut oleh aneka bau baik yang menjijikkan maupun yang mengharumkan. Tingkatan bau mulai dari ecek-ecek, biasa, berbau busuk  hingga wangi, dan harum sekali merupakan pengetahuan baru di dunia penciuman sehingga saat dibuat menjadi formula, pembaca akhirnya tahu bahwa wewangian berasal dari percikan berjuta keharuman..

Formula lapis pertama Kangga adalah racikan yang akan mengungkap kombinasi lima jenis mawar-mawar Damaskus, mawar Alba, mawar sentifolia, mawar the, mawar kesturi. Lalu dijalin manisnya aroma jambu, ceri hitam, kembang semak kupu-kupu, kembang tobira,disuntik kesegaran aras,basil, bergamot, daun Melissa, spearmint, dihangatkan lada jambon, kayu masoi, karamel gula kelapa. Diikat akor tiga macam kesturi, akar orris, serta ambergris.   -hal 396

Kalau diibaratkan dengan paket, novel ini termasuk paket combo. Kombinasi antara real dengan  hikayat merupakan sesuatu yang baru saya baca. Mungkin ada novel sejenis yang membahas hal lain tapi dalam  novel ini alur, latar, kisah zaman Majapahit dan kesinambungan cerita menjadi kekuatan yang bersinergi meskipun kalau dilihat dari aspek logika, gak logis sama sekali.

Bagaimana mungkin pencarian Puspa Karsa di Gunung Lawu akan mengantarkan rombongan ini bertemu dengan orang-orang yang hanya bisa berbicara dalam Bahasa Jawa Kuno? Bagaimana bisa seorang Jati Wesi mampu terbang seperti Gatot Kaca dan langsung bicara dengan bahasa  mereka?

Kadang logika atau tidak, masuk akal atau tidak, absurd atau tidak kesemuanya bisa kita kesampingkan  bila alur cerita begitu menyatu dan menawarkan semacam tren cerita yang benar-benar baru atau belum pernah terjadi sebelumnya.

Meskipun tidak masuk akal, kemampuan menerobos batas-batas masa lalu yang ditandai dengan masuk ke kawasan angker  Gunung Lawu adalah satu hal yang mungkin bisa saja terjadi di masa yang akan datang. Asalkan masih dalam koridor fiksi, apa pun dapat diangkat.

Pengarang barangkali ingin menyodorkan ide cerita yang sangat muskil namun masih bisa diterima oleh akal sehat. Riset dan disebutnya prasasti adalah dua hal yang dipertaruhkan di sini.



Akhirnya, membaca Aroma Karsa adalah menelusuri relung-relung penciuman beserta corak dan detail bau yang kiranya sanggup membuat kita tercengang. Faktanya, suatu objek itu memiliki 1001 macam aroma yang bisa dijabarkan. Novel super tebal ini tidak membuat jenuh membacanya tapi sebaliknya  telah membuat kita terpana dan menyadari bahwa ide cerita tentang kekuatan inderawi adalah satu hal yang sangat mungkin bisa diangkat dengan gemilang.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Resign!
Almira Bastari
Gramedia Pustaka Utama, 288 halaman
Gramedia Gandaria City


Sinopsis:

Sekumpulan geng yang terdiri dari empat karyawan bertekad akan mengundurkan diri segera dari sebuah kantor konsultan. Keempat pegawai yang menamakan dirinya cungpret alias kacung kampret ini merasa sudah tak betah lagi bekerja di bawah atasan yang semena-mena. Sehari-hari mereka selalu merasa terintimidasi dan tidak tenang.

Rara, si cungret paling muda justru melontarkan ide taruhan agar teman-temannya termotivasi untuk mengundurkan diri. Mbak Karen, Mas Andre dan si gendut doyan ngemil, Carlo antusias menyambut gagasannya. Barang siapa paling cepat mengundurkan diri ia harus menraktir begitu isi taruhannya.

Sementara Rara sibuk merancang dan melakukan wawancara ke berbagai perkantoran, Tigran sang Bos justru sering muncul di sekitarnya. Entah saat Rara cuti ke Langkawi, lembur hingga terpaksa pulang  dan nonton bareng atau saat mendapat bonus berlibur ke Bali. Sosok Tigran seakan bayangan yang selalu berada tepat di dekat Rara.

Manakala seluruh daya upaya telah dikerahkan untuk mengundurkan diri, pada akhirnya taruhan hanyalah sekadar taruhan yang menjadi batal hanya karena salah satu dari penghuni kantor konsultan itu ada yang berhasil  resign. Dan yang tak disangka-sangka orang itu adalah sosok yang bukan ikut taruhan.


Ulasan:

Hanya dalam waktu empat hari saja akhirnya novel ini selesai dibaca. Ini mungkin rekor tercepat di tahun ini dalam menyelesaikan bacaan. Bukan karena halamannya yang hanya 200-an saja namun karena isi ceritanya bikin nagih, lucu terutama bila mereka sudah berkumpul dengan lemparan komentar yang 'kena'.



Sebagai novel bergenre Metropop, pakem yang dianut adalah kehidupan masa kini anak-anak Millenial yang sibuk dengan karier, pergaulan masa kini dan gaya hidup modern. Tema cerita yang unik dan belum pernah diangkat merupakan daya tarik tersendiri bagi pembaca apalagi gaya bahasa dan celetukkannya yang menurut saya sangat nyambung banget dengan dunia kerja yang riuh dan penuh energi anak mudanya.

Suasana kerja yang terdiri dari anak masa kini dengan gaya penceritaan yang ringan, mengalir dan mudah dimengerti tentu saja menjadi daya tarik dan membuat mata ini terus menelusuri kalimat demi kalimatnya. Ada rasa penasaran, keki, jengkel dan gregetan oleh tingkah yang ditunjukkan baik para cungpret atau pun si Bos yang kebetulan digambarkan sangat tampan. Jangan mengira novel ini berisi trik apalagi intrik atau mengharapkan 'peperangan' antara karyawan dengan bos, misalnya.Yang ada justru lelucon atau lemparan kata baik antar sesama pegawai atau karyawan dengan bos yang cukup cerdas dan tidak disangka.

Untuk sebuah novel yang baru pertama kalinya muncul dalam bentuk cetak -kabarnya cerita ini berasal dari Wattpad- Resign! sangat, sangatlah menggebrak di dunia Metropop. Ada kesegaran di setiap kata, tuturan dan bab-babnya. Seperti menemukan oase di padang tandus layaknya begitu membaca kisah para cungpret ini. Sepertinya kita butuh alternatif bacaan ringan dan menghibur di antara banyaknya kisah tentang traveling, sastra, atau pengembangan diri yang akhir-akhir ini banyak menghiasi toko buku.

Saya beberapa kali tertawa membaca mereka yang saling lempar argumen atau alasan manakala urusan siapa yang duluan resign itu mengemuka dan dilontarkan. Terdengar seperti kita sehari-hari di kantor 'kan?

Dunia kerja memang memiliki kekhasan tersendiri baik dalam mengerjakan tugas-tugas, mengobrol atau menyebar gosip. Faktanya, semua gosip yang beredar di kantor 90 persennya selalu benar. Jadi  begitu bagian HRD mengatakan akan ada yang resign, gosip itu berubah menjadi sesuatu yang harus dikembangkan. Siapakah dia yang mengundurkan diri itu?

Penulisnya sangat jeli dalam mengolah emosi dan mampu menutup rapat-rapat tentang siapakah yang resign itu hingga akhirnya dikeluarkan menjelang akhir cerita. Terus terang saya sendiri pun agak 'kecolongan' mengetahui bahwa yang mengundurkan diri ini adalah sosok yang tak terduga. Penulis juga mengembangkan alur dengan pemilihan setting atau latar yang belum pernah disebut di novel Metropop ( sejauh ini) seperti Langkawi, dan Teras Kota BSD.

Alur cerita yang paralel dengan setiap kata mutiaranya di awal setiap bab -yang ternyata mengena sekali- adalah strategi yang bagus untuk menahan pembaca agar lebih lama lagi melahap novel ini.

Okelah, novel perdana karya Almira Bastari ini cukup manis dan bisa direkomendasikan bagi mereka yang menyukai dunia kerja, gosip kerja dan bos yang menjengkelkan. Sebagai sebuah bacaan ringan, novel ini menolong hari-harimu yang sumpek oleh pekerjaan menjadi lebih ceria dan indah kembali.

Seru, konyol, dan apa adanya, itulah Resign!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Laut Bercerita
Leila S. Chudori
KPG, 389 halaman
Gramedia, Gandaria City


Sinopsis:

Laut harus menceritakan kepada semuanya apa yang telah menimpanya dan mengapa ia tak kembali ke tengah-tengah keluarga lagi. Meskipun yang diceritakan ini sangatlah menyedihkan dan kejam, namun lewat desau angin dan burung-burung yang menjadi perantara, ia berharap keluarga paham atas pilihan yang telah diambilnya.

Laut adalah seorang mahasiswa UGM yang berempati dan menggebu-gebu sekali untuk mengubah demokrasi Indonesia agar menjadi lebih baik. Bergabung dengan sekumpulan mahasiswa lainnya yang memiliki kesamaan visi dan misi membuatnya leluasa dan bebas mengekspresikan keresahannya melalui wadah Winatra dan Wirasena. Akibat aktivitasnya Laut kerap dikejar-kejar dan ditangkap aparat.

Penyergapan di rumah susun Klender adalah penangkapan paling mencekam sekaligus menjadi akhir perjalanan Laut dan teman-temannya. Setelah penangkapan di Bungurasih, Laut sebenarnya sudah berhati-hati sekali untuk bergerak di bawah tanah. Namun nasib menentukan sebaliknya. Ia ditangkap dan disiksa oleh kesatuan gugus tugas yang disinyalir berada di bawah komando militer langsung dari pusat..

Asmara, sang adik akhirnya ikut menelusuri dan merasakan saat-saat ditinggalkan oleh Laut. Bersama-sama dengan mereka yang juga ditinggalkan, Asmara mencari dan mengungkap misteri hilangnya Laut. Ia sadar hanya melalui bisikan angin dan cuitan burung-burung maka pesan, tangisan, dan keluh kesah  itu akan sampai ke telinga Laut.

Ulasan:

Masa sepanjang 1998 adalah saat yang sangat krusial, genting, dan penuh ketidakpastian. Krisis moneter melanda, banyaknya pekerja yang diberhentikan, demokrasi yang runtuh serta kerusuhan rasial adalah puncak ketidakpercayaan pada pemerintah serta telah menjadi penanda berubahnya angin demokrasi di Indonesia. Kita takkan pernah lupa bagaimana pada tahun itu rezim Soeharto tumbang dan rakyat yang sudah terlalu muak dengan dominannya militer dan penguasa mendapatkan kemenangannya.

Kemenangan semu dibayar dengan hilangnya beberapa aktivis mahasiswa yang sedang giat-giatnya mengadakan berbagai demonstrasi menentang rezim. Dan, sesuatu dibalik semangat yang menggelora ini tidaklah semulus yang diperkirakan sebelumnya. Ada pengorbanan, keresahan, kecemasan, ketakutan serta air mata bercampur menjadi satu demi perjuangan.



Peristiwa kematian salah satu aktivis menjadi luka yang entah kapan sembuhnya. Meskipun kisahnya fiktif namun bahan cerita berdasarkan riset dan wawancara dari para aktivis yang telah dibebaskan. Tak bisa dipungkiri sosok Laut adalah representasi dari salah satu tokoh gerakan mahasiswa yang sangat dicari-cari pada masa itu. Bahkan penghilangan paksa yang dilakukan oleh para penculik merupakan suatu metode yang katakanlah hal itu tak mungkin terjadi di Indonesia, namun akhirnya sungguh-sungguh terjadi.

Bicara mengenai kisah penghilangan dengan saksi yang menceritakannya kembali peristiwanya sungguh sesuatu yang membuka mata dan pikiran. Dan lewat novel ini hal yang masih samar itu menjadi sesuatu yang lebih jelas, polos, gamblang, tanpa sensor dan apa adanya. Pengarang sangat detail mendeskripsikan bagian baik itu penangkapan, penyiksaan, keseharian dari sekelompok aktivis hingga ke masalah kulinernya.

Selain itu rasa hampa akibat lama berada di bawah cengkeraman kelompok penculik cukup membangkitkan emosi dan empati. Generasi yang lahir sekitar tahun 90-an yang pada saat itu baru berusia balita pastilah akan tercengang oleh kisah yang diangkat melalui novel fiksi ini.

Penggambaran cerita melalui dua sudut pandang yakni Laut dan Asmara Jati makin memberi penegasan bahwa kehilangan adalah kata baru yang melanda keluarga-keluarga korban penculikan. Keluarga merupakan pilar kokoh tapi sekaligus wadah yang rapuh dan rentan terlebih yang menimpa keluarga Arya Wibisono.

Membaca novel ini seakan peristiwa penculikan itu baru kemarin terjadi. Padahal kejadiannya sudah berlangsung lama sekali, 20 tahun yang lalu. Rentang waktu yang panjang rupanya tak membuat kesedihan itu ikut hilang. Rasa gundah, haru dan menyangkal tergambar di setiap larik kalimat dan kata yang dilontarkan oleh Bapak, Ibu, Asmara ataupun Anjani.  Penyangkalan terbesar bisa dilihat pada adegan Bapak dan Ibu yang tetap menyediakan piring makan untuk Laut saat makan bersama di hari Minggu sore.

Novel ini memberi peringatan pada kita bahwa Pemerintah agaknya telah lupa dengan pekerjaan rumah yang telah berpuluh tahun mangkrak dan tak ada tindak lanjutnya. Pena yang tajam ini akhirnya yang hadir mengingatkannya.

Sungguh saya tergugu, tertegun dan bergidik ngeri saat membaca penggalan nasib Laut, Sunu, Naratama, Daniel atau Alex Perazon, yang jatuh ke tangan penculik. Disetrum, digantung, tidur dalam keadaan telanjang di atas balok es dan  dibebat matanya adalah kekejaman yang tak pernah terbayangkan terjadi di masa itu.

Awal kisah dibuka dengan kilas balik melalui tuturan Laut. Selebihnya alur cerita berjalan paralel sehingga pembaca tidak terlalu bingung untuk mengikuti kisah  seterusnya. Pengarang pandai  dalam meramu bagian-bagian  yang mengundang rasa entah sedih, haru, lucu, guyon, atau mencekam sekaligus. Dimunculkannya tokoh pewayangan sebagai personifikasi adalah salah satu gaya pengarangnya. Ciri khas lainnya  adalah detail suguhan kuliner yang sanggup meneteskan air liur terutama bila kita pernah menjadi anak kos lalu memasak indomie hingga mengepul-ngepul dan disantap oleh banyak orang. Atau saat ibu siap menyuguhkan tengkleng.

"Kuah tengkleng itu terasa hampir sempurna. Semua bumbu dasar bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, lengkuas, jahe teraduk menyatu dengan santan cair" h. 65

Sebagai sebuah novel fiksi, karya ini sangat membuka mata bahwa penghilangan secara paksa dan mencuri seorang anggotanya dari kehangatan keluarga adalah dosa yang harus ditanggung oleh Pemerintah saat itu.

Demikianlah tragedi itu berhasil dihantarkan oleh pengarangnya. Novel Laut Bercerita ini masih sama memukaunya  dengan novel Leila terdahulu yang juga mengangkat masalah pengejaran dan intimidasi.

(Baca juga : Pulang) 

Saat menyaksikan behind the scene-nya saja kondisi yang tergambar sangatlah apik dengan Reza Rahadian sebagai pemeran Laut dan Ayushita sebagai Asmara Jati. Apalagi bila menyaksikan filmnya secara menyeluruh tentunya akan lebih dahsyat lagi kisahnya.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Megamendung Kembar
Retni SB
Gramedia Pustaka Utama, 360 hal
PaperClip, Gandaria City

Sinopsis

Melupakan kesumpekkan kota Jakarta sejenak, Awie akhirnya memutuskan untuk cuti dengan mengunjungi Embahnya yang berada di Cirebon. Di rumah Embah ia menemukan sisa-sisa kejayaan masa lalu seorang pembatik yang sangat terampil dalam membuat motif lengkung-lengkung yang dinamis. Pembatik itu bernama Sinur.

Sinur yang selalu menangis saat menggenggam dan mengelus sehelai batik Megamendung gradasi 9 warna ini enggan berbagi rasa dengan orang lain apalagi terhadap Awie cucunya sendiri. Beliau lebih memilih menyimpan kenangan dan luka masa lalunya rapat-rapat. Tak dibiarkannya kisah sedih ini terbagi.

Awie yang tertarik dengan batik akhirnya memilih untuk mengembangkan batik dari nol. Seiring waktu berjalan karyanya mulai dilirik. Ia pun berkenalan dengan pengusaha batik yang memiliki toko batik yang berharga mahal, Puri Srengenge. Tak dinyana ternyata sang pemilik toko ini juga menyimpan sehelai batik Megamendung gradasi 9 warna yang memiliki kemiripan sama persis dengan kain batik yang dikeramatkan Embahnya.

Apakah ini keanehan ataukah hanya kebetulan semata?  Meskipun kain Megamendung ini menyimpan misteri, haruskah diungkap dengan segera di saat ajal sang pembatik uzur ini kian dekat?


Ulasan

        "Ini Megamendung yang tak biasa. Karena itu kubuat menjadi sembilan lapis, bukan tujuh. Ada tambahan satu lapis untuk mengingat Den, dan satu lapis lagi untuk menguatkan Kang Lanang."    hal.309

Buku ini sebenarnya sudah lama saya miliki namun baru dibaca sekitar pertengahan Januari kemarin. Kalau dari sampulnya yang bergambar tungku dan canting batik, pastilah ini kisah tentang batik. Bahkan di awal-awal cerita saya menduga ceritanya tak akan bergeser dari pelestarian batik atau asal-usul batik.

Ternyata tak hanya soal batik, ada rahasia dan jalinan kisah manusia yang mendukungnya. Memang tokohnya diceritakan  pulang ke kota Cirebon dan ingin mendalami batik. Namun cerita yang sebenarnya justru menyorot lebih jauh ke rentang masa yang lebih lama, tahun 1948. Ada nuansa sejarah dan cerita tersembunyi rupanya.

Masa Agresi Militer dan tumbuhnya berbagai industri rakyat yang bertumpu pada usaha batik telah membuka pencerahan bagi kita bahwa sejak zaman dahulu batik Cirebon memang sudah terkenal terutama yang berasal dari wilayah Trusmi. Nah, latar waktu semacam ini jarang ada yang mengangkatnya kecuali kalau kita membaca buku sejarah atau biografi seseorang.

Pada novel Megamendung cerita soal sejarah (masa lalu)  diangkat menjadi suatu inti yang mendasari cerita di masa kini dalam bentuk kilas balik kehidupan sang Embah.

Saya kagum dengan isi novel yang secara halus memiliki misi untuk bisa mengedepankan salah satu kekayaan bangsa salah satunya ya  berupa batik ini. Dikemas dengan kisah dua insan renta yang tak bisa bersatu dengan alur cerita yang seru mampu membuat kisah ini tak membosankan dan dinamis. Malahan saya tak bisa berhenti untuk terus membacanya meski mata sudah terkantuk-kantuk.

Tokoh-tokohnya baik yang berasal dari generasi Milenial atau kaum tuanya, cukup menarik dan berhasil membuat hati ini gemas dan teraduk-aduk. Awie dengan ketidaktahuannya akan cinta yang hadir menghampirinya, Sinur dengan keluguan dan ketidakberdayaan nasib yang dimilikinya.



Kisah cinta selalu membuat orang berbunga-bunga bila kedua hati berpaut. Dan sebaliknya betapa  perih dan menyedihkannya bila kasih tak sampai seperti yang dialami Sinur dan Den Musa. Dua alur cerita ini berjalan beriringan dan mampu membuat saya terpekur, mencoba merasakan geliat batin yang dihadapi Sinur bahkan ikutan bingung memikirkan nasibnya.

Potret keluarga yang hidup di masa pasca merdeka namun kebutuhan masih jauh dari kata 'cukup'. Makan tak pernah merasa kenyang, kampung yang selalu dibayang-bayangi gerombolan perampok, atau sulitnya mencari pekerjaan selain menjadi buruh pabrik batik.

Dialog-dialog yang mengalir dan diselingi bahasa daerah khas Cirebonan menambah daya tarik karena novel ini jadi sangat membumi dan sederhana dalam penyampaiannya.

Membaca novel memang jangan menilai dari sampulnya saja. Sebaiknya memang membaca isinya hingga tuntas karena inilah yang terjadi, akhirnya saya malah terpesona oleh alur cerita, latar, dan para  tokohnya yang bersahaja namun punya peran yang kuat untuk memajukan dan melestarikan batik. Padahal pertimbangan memilih buku ini dibeli tadinya hanya karena gambar cantingnya saja.Tak ada ekspektasi lebih selain ingin membaca misteri apa dibalik novel dengan sampul canting ini.

Novel dengan riset adalah hal yang mutlak jika ingin menyajikan kisah yang tak biasa-biasa saja. Namun bukan suatu keharusan juga sih. Karena ada novel dengan riset justru malah bukan sebuah novel tapi melulu memaparkan proses dan tak ada isi cerita pada akhirnya. Sedangkan dalam Megamendung ini, saya kira pengarang berhasil dengan baik dalam mereka-ulang dan merangkai seluk beluk dunia perbatikan zaman dahulu dengan sekarang ditambah sedikit riset dan drama kisah percintaan anak muda.

Seluruhnya diramu dengan benang merah berupa batik Megamendung. Kisah yang mengalir lancar dengan pembagian bab yang tidak membingungkan.

Membacanya seakan kita dibawa ke dalam lautan pengetahuan batik dan mereka yang tekun mengerjakannya. Sejujurnya mana ada anak zaman Milenial yang mengenal kanco, canting terlebih yang cecek lima,  lilin malam, tungku, atau nama-nama batik cap atau tulis? Atau aktivitas membatik mulai dari nyolet, nganji, ngemplong, nyelup dan nglorod?

Pastilah sesudah membaca novel ini kita akan semakin paham bahwa perjalanan sebuah batik dari berupa  kain mori atau primisima, hingga menjadi batik seutuhnya yang dipajang di mal atau galeri itu merupakan kerja besar yang tak hanya melibatkan tangan yang terampil tapi juga pengorbanan besar manusia-manusia yang berada dibaliknya.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me



Halo, saya suka baca buku terutama fiksi dan blog ini merupakan wadah bagi saya untuk menuangkan impresi, persepsi, opini yang kadang mungkin saja subjektif
usai 'menelan' buku yang dibaca.

Follow Me

  • Twitter
  • Pinterest
  • Goodreads

Labels

  • antre buku
  • bookfair
  • detektif
  • kiriman buku
  • kutipan
  • mypicture
  • perjalanan
  • quote

Recent posts

Read the Printed Word!

Yang Selesai Dibaca

Read

Sepercik Noda, Seribu Langkah Terbawa
it was ok
Sepercik Noda, Seribu Langkah Terbawa
by Maria A. Sardjono
Paris Letters - Surat Dari Paris
really liked it
Paris Letters - Surat Dari Paris
by Janice Macleod
China Rich Girlfriend - Kekasih Kaya Raya
really liked it
China Rich Girlfriend - Kekasih Kaya Raya
by Kevin Kwan
The Color of Heaven
really liked it
The Color of Heaven
by Julianne MacLean
Sidney Sheldon's Reckless
liked it
Sidney Sheldon's Reckless
by Tilly Bagshawe

goodreads.com

Tantangan

2019 Reading Challenge

2019 Reading Challenge
Ernawati has read 0 books toward her goal of 20 books.
hide
0 of 20 (0%)
view books

Blog Archive

  • ►  2019 (18)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
  • ▼  2018 (15)
    • ▼  December (3)
      • Lima Buku Terbaik 2018
      • Lima Sampul Buku Terbaik 2018
      • Sudut Mati, Dunia Hitam Korporasi
    • ►  November (2)
      • Coda Imperia, Ketamakan Membawa Petaka
      • Rahasia Imperia, Tidak Ada Kejahatan yang Sempurna...
    • ►  October (2)
      • Ilusi Imperia, Sebuah Persekongkolan Tingkat Tingg...
      • Rainbirds, Sebuah Penelusuran Jejak Kematian yang ...
    • ►  September (2)
      • IIBF 2018, Ada Zona Kalapnya
      • Rich People Problems, Masalah Berebut Tyersall Par...
    • ►  August (1)
      • Cahaya di Penjuru Hati, Kerasnya Sebuah Kemauan
    • ►  July (1)
      • Aroma Karsa, Penjelajahan Kehendak Sebuah Penciuma...
    • ►  March (2)
      • Resign!
      • Laut Bercerita: Luka Masa Lalu yang Tak Mungkin Hi...
    • ►  February (1)
      • Megamendung Kembar: Asal-Usul Sehelai Kain Batik
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (27)
    • ►  December (6)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (18)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (25)
    • ►  December (5)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (34)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  October (5)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2013 (43)
    • ►  December (6)
    • ►  November (4)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (3)
    • ►  May (4)
    • ►  April (3)
    • ►  March (3)
    • ►  February (9)
    • ►  January (3)
  • ►  2012 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  June (2)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by BeautyTemplates